Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari ketika wonjun pulang dari pesta temannya. Suasana sepi di tambah angin malam yang dingin makin menguatkan tekad wonjun untuk segera sampai di rumahnya. Karena keinginan untuk segera bergelung dalam selimut hangatnya itulah yang membuatnya memilih untuk memasuki jalan pintas yang dikenal angker. Mungkin sebagian orang akan menghindari jalan tersebut namun wonjun berbeda. Wonjun tidak percaya dengan hantu, dia lebih takut dengan preman yang mungkin memalaknya jika dia melewati rute yang biasa. Ketika dia di pertengahan jalannya, wonjun melihat dua orang anak remaja berbaju sekolah.“apa yang kalian lakukan di sini ?” ucapnya wonjun pada dua remaja itu. Wonjun berpikir mungkin mereka itu kabur dari rumah. Wonjun bukanlah orang baik, tapi dia pernah kabur dari rumah dan tidak ada yang menolongnya. Dia tidak ingin mereka mengalami nasib yang sama sepertinya.
Salah satu dari mereka yang berwajah seperti kucing menoleh padanya dan tersenyum manis, kemudian berbicara pada remaja di sebelahnya. “apa ku bilang hyung, pasti adakan ! hyung saja yang tidak sabaran”
“ya-ya terseralah, cepat selesaikan kita tidak punya banyak waktu”.
“hei jangan menga-“ ucapan wonjun terputus ketika kesadarannya perlahan hilang dan tubuhnya jatuh membentur jalan aspal yang dingin. Samar-samar wonjun dapat melihat bola besi kecil yang berada di tangan remaja berwajah kucing.
“mangsa tak seharusnya banyak bicara” kalimat itu adalah kata terakhir yang wonjun dengar sebelum kegelapan menelannya.
.
.
.
“AGRRHHH” suara teriakan memilukan wonjun kembali memenuhi ruangan kecil itu.
Saat ini wonjun sedang duduk terikat di kursi yang berada di tengah ruangan . Kehabisan tenaga untuk berteriak, berharap untuk segera mati. Akan tetapi Remaja di depannya yang bernama jungwon masih belum puas untuk menyiksanya, malah dia semakin bersemangat melihat wonjun yang semakin gila karena rasa sakit. “waw kau benar-benar mengagumkan,masih bisa berteriak sekeras itu setelah semua kau lalui. aku sudah mencabut semua kukumu, menyayat tangan dan kakimu, mencongkel matamu umm apa lagi ya-“
“kau juga sudah memotong daun telinganya” ucap sunoo mengingatkan dari sudut ruangan.
“ah iya aku juga sudah memotong daun telingamu, tapi kau masih semangat” jungwon tersenyum senang sambil mengelus rambut coklat wonjun yang sudah dilumuri darah dari luka di kepalanya.
“T-tolong bu-nuh aku” ucap wonjun terbata-bata. Memohon sedikit belas kasihan dari dua remaja manis itu. Tidak pernah wonjun membayangkan bahwa akan tiba saatnya dia untuk memohon di bunuh seperti ini.
“HYUNG lihat dia masih bisa memohon” namun bukannya belas kasihan yang di dapat wonjun, malah ekspresi senang jungwon yang di dapatnya. Jungwon melompat-lompat kecil layaknya anak kecil yang di beri mainan baru. Dengan nada cerianya dia menunjukkan pada sunoo bahwa ‘mangsa’ mereka masih bisa berbicara.
Tak lama kemudian fokus jungwon kembali pada wonjun. “nah karena kamu menyenangkan, akan kuberikan hadiah sekarangmu sekarang”. Awalnya wonjun bingung dengan maksud dari jungwon, namun dia tidak punya waktu untuk memikirkannya karena serangan rasa sakit kembali menyerangnya.
Jungwon dengan terampil membelah daging yang menutupi organ-organ pria itu. Disibaknya lapisan kulit itu secara perlahan hingga terlihat usus serta lambung wonjun yang masih berdenyut. Tidak menemukan yang ia cari, jungwon kembali menggores pisau itu, mencoba menguliti bagian perut dan dada wonjun. Wonjun sendiri sudah tidak sadarkan diri, tidak sanggup lagi menerima rangsangan rasa sakit.
Sementara itu sunoo secara perlahan berjalan keluar ruangan, menyiapkan plastik untuk membukus mayat wonjun nanti. Sunoo bukanlah seorang psikopat yang hobi menyiksa orang seperti jungwon. tapi bukan karena dia tidak tega, namun dia hanya tidak peduli. Hidup dengan seorang psikopat serta penyiksaan sewaktu kecillah yang membuatnya merasa kehilangan empati. Baginya melihat jungwon membunuh orang lain hanya seperti membiarkan jungwon membunuh hewan. Selain jungwon, tak ada lagi nyawa manusia yang berharga.
.
.
.
-kembali ditemukan mayat seorang pria berinisial W dalam kondisi yang menggenaskan.Berdasarkan kondisi tubuh dari korban, di duga W adalah korban dari pembunuh berantai yang sudah meresahkan masyarakat selama dua tahun terakhir ini.-
Jay menggelengkan kepalanya ngeri mendengar berita yang di tayang dari layar televisi di depannya. Kali ini lokasi pembunuhannya sangat dekat dengan lingkungan rumah jay. Sudah dua tahun ini pembunuh itu memulai aksinya, namun polisi tetap saja belum mendapat petunjuk. Tidak ada saksi, tidak ada bukti yang berarti yang di tinggalkan. Satu-satunya petunjuk yang dimiliki adalah goresan huruf J.S yang selalu ada pada dada pada korban . Pembunuh itu sangat teliti.
Pandangan jay beralih pada foto keluarga yang ada di dinding. Foto itu diambil pada ulang tahun jay yang ke-16. Di foto itu jay bersama kedua orang tuanya tersenyum bahagia. Jay rindu saat-saat itu. Saat sang ayah belum melupakan keluarganya. Saat ayahnya tidak terobsesi mengejar pembunuh berantai yang meresahkan masyarakat. Jay tau itu adalah tanggung jawab ayah nya sebagai kepala polisi namun sesungguhnya jay sudah tidak peduli lagi dengan korban yang berjatuhan. Dia hanya ingin keluarga nya bisa berkumpul seperti dulu.
.
.
.
Tbc
btw wonjun cuma oc , klu bneran ada idol yg nama nya wonjun murni kebetulan hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC
FanfictionBagi sunoo, misinya hidup adalah menjaga jungwon dan membuatnya bahagia. Tak peduli meskipun dia harus mengotori tangannya dengan darah atau membereskan potongan tubuh manusia, selama jungwon bahagia dia rela. Namun ketika akhirnya dia jatuh hati, u...