Setelah kunjungan tak sengaja sore itu, sunoo jadi lebih sering mampir ke kafe tempat sunghoon bekerja. Seperti yang dia lakukan sekarang, duduk di sudut kafe sambil membaca novelnya sudah seperti kegiatan wajib baginya. Sejujurnya sunoo juga tidak mengerti apa yang membuatnya terus ke sana. Mungkin suasananya, atau makanannya yang harus sunoo akui sesuai dengan seleranya, atau mungkin karena sunghoon. Pemuda berhati malaikat di tengah dunia yang sudah rusak ini. Dirinya dan sunghoon yang sangat bertolak belakang malah membuatnya semakin tertarik dengan pemuda itu. sunghoon mengingatkanya saat-saat dia merasa masih menjadi manusia yang utuh. Bukan hanya seorang kaki tangan psikopat seperti yang dijalani nya sekarang.
“sekarang kamu sudah seperti pelanggan setia saja” ucap sunghoon sambil duduk di kursi kosong yang ada di depan sunoo.
“kenapa ? tidak suka aku sering ke sini ?”
“kalau aku bilang iya, aku akan dipecat karena membuat kafe ini kehilangan pelanggan setia baru” sunghoon mengucapkannya dengan ekspresi takut yang di lebih-lebihkan. Beberapa hari sering bertemu pemuda itu, membuat sunoo menyadari kalau sunghoon tidaklah seserius wajahnya. Bahkan dia cenderung konyol dengan tingkah absurbnya atau candaannya yang garing.
“berlebihan” ucap sunoo sambil tersenyum samar.
“ah akhirnya kau tersenyum tulus”
Ucapan santai sunghoon itu langsung menarik semua fokus sunoo kepada dirinya . “maksudnya apa ?”
“ya aku perhatikan kamu sering sekali memaksakan bersikap ceria dan tersenyum. Aku tidak tau kenapa kamu sering melakukan itu, tapi bukankah melelahkan terus berpura-pura ?”
Sunoo tidak tau harus menjawab apa. Selama ini dia kira tidak ada yang mengetahui topengnya. Tapi sunghoon, pemuda yang baru di kenalnya kurang lebih seminggu sudah bisa menebak topengnya. Mungkin kemampuan aktingnya menurun atau sunghoon yang terlalu peka. “aku gak ngerti yang kamu bicarakan” bantah sunoo.
“ya sudah kalau kamu mau masih mau mempertahankan topengmu itu. aku cuma ingin memberitahu bahwa setidaknya di depanku kamu tidak perlu harus memaksakan diri seperti itu, kamu bisa menjadi dirimu sendiri. mau kamu aslinya dingin juga tak masalah”
“jangan berkata seolah-olah kau mengenalku park” ucap sunoo dingin. Sunoo paling benci di ceramahi, apalagi oleh orang yang baru dikenalnya seperti ini.
“aku memang belum mengetahui banyak hal tentangmu, tapi aku masih punya banyak waktu untuk mencari tahu” Sunghoon berujar sambil menatap mata sunoo, menunjukkan keseriusan kata-katanya. Tak lama kemudian ekspresi serius itu di gantikan oleh wajah tersenyumnya yang biasa. “tunggulah di sini, aku akan ganti pakaian dan mengantarmu pulang bocah dingin” ucapnya sambil mengelus rambut sunoo.
Sunghoon berlalu tanpa menyadari ucapannya telah membuat sunoo diam membeku. Setelah sekian lama jantungnya kembali berdebar kencang dan wajahnya memerah.
.
.
.
“tumben banget pakai di anterin segala” sunoo memecah keheningan antara dirinya dan sunghoon. sungguh sunoo tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran sunghoon. padahal biasanya ketika sunoo pulang, mereka hanya berpisah secara biasa.
“sebagai temanmu aku harus melindungimu” ucap sunghoon sambil berpose layaknya ksatria.
“dan melindungi dari apa tepatnya huh ?” ujar sunoo skeptis.
“bisa saja kau di culik sama om-om mesum karena tampangmu yang seperti anak kecil itu”
“terserah”
“ah kau benar-benar jadi dingin. Aku jadi mulai merindukan sunoo yang ceria” sunghoon memulai ekspresinya yang berlebihan seakan sedang bermain drama.
Sunoo hanya mengabaikan sunghoon, tapi sejujurnya dia merasa senang. Sudah sekian lama dia tidak merasakan mengobrol santai tanpa harus berpura-pura.
Namun obrolan mereka terhenti ketika tiba-tiba sunghoon berlari untuk mengambil kucing yang terjebak di tengah jalan. Hampir saja sunghoon tertabrak tapi untunglah dia berhasil menghindar di saat yang tepat.
Pulih dari keterkejutannya, sunoo segera berjalan ke arah sunghoon yang sedang melepaskan kucing itu dipinggir jalan. “apa kau gila park sunghoon ?! kau hampir membuang nyawamu hanya demi seekor kucing ?”
“hoo apa kau sekarang mulai mengkhawatirkanku ?” jawab sunghoon bercanda. Tapi melihat reaksi sunoo yang hanya diam dan memandangnya marah, sunghoon menghela nafasnya. “setiap nyawa itu berharga dan aku tidak tega melihat nyawa kucing itu berakhir seperti itu”
“tapi setidaknya jaga nyawamu sendiri” sunoo tidak mengerti ketika dia begitu marah melihat sunghoon membahayakan dirinya sendiri. sebelum dia mengenal sunghoon, sunoo sangat yakin mengatakan bahwa tidak ada nyawa manusia yang berharga selain jungwon. tapi sekarang, dia malah mengkhawatirkan sunghoon.
“aku mengerti, kedepannya aku akan lebih berhati-hati” ucap sunghoon tersenyum lembut pada sunoo.
.
.
.
“hyung pulang sama siapa ?”
Gerakan tangan sunoo yang sedang mengunci pintu terhenti. Sunoo kira jungwon masih latihan seperti biasa, tapi ternyata ia salah. “teman, dia memaksa untuk nganterin”
Jungwon diam melihat sunoo yang berlalu ke kamarnya. Walaupun dia hanya melihatnya di jendela, tapi dia tau ada yang berbeda dengan ekspresi sunoo saat bersama pemuda itu.
“hyung belakangan ini jarang di rumah”
Dari sudut matanya sunoo melihat jungwon yang sedang berdiri di pintu kamar sambil menyilangkan tangannya. “aku hanya menyukai suasana tempat itu, lagian cake di sana enak”
dengan perlahan dia mendekati sunoo yang sedang membuka kemeja sekolahnya kemudian jungwon melingkarkan tangannya di pinggang ramping sunoo, memeluk sang kakak posesif. “hyung tau kan, hyung itu milikku dan sampai kapanpun aku gak melepaskanmu”
“aku tau” sunoo tau, ini adalah peringatan dari jungwon untuk menjauh dari sunghoon. ya lagipula seseorang sebaik sunghoon tidak pantas berteman dengannya. walaupun merasa pedih tapi mulai besok dia harus berhenti menemui sunghoon.
.
.
.
tbc~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC
FanfictionBagi sunoo, misinya hidup adalah menjaga jungwon dan membuatnya bahagia. Tak peduli meskipun dia harus mengotori tangannya dengan darah atau membereskan potongan tubuh manusia, selama jungwon bahagia dia rela. Namun ketika akhirnya dia jatuh hati, u...