Chapter 5

64 9 0
                                    

Jay berjalan memasuki kantor kepolisian tempat sang ayah bekerja. Niatnya ingin bersantai batal karena ayahnya ketinggalan berkas penting jadi dia terpaksa harus mengantarkannya.  Ketika memasuki ruang kerjanya bukan sang ayah yang ada disana melainkan kim namjoon, profiler yang menangani kasus J.S. jay sudah beberapa kali bertemu dengan namjoon jadi mereka lumayan dekat. Sejak ayahnya semakin terobsesi menangkap J.S , terkadang namjoon bekerja di ruangan ayahnya agar mereka lebih mudah berdiskusi.

“ah hyung, appa mana ?” tanya jay.

“oh dia sedang keluar”

“ya sudah tolong katakan aku meletakkan berkas yang dimintanya di atas meja”

“oke” jawab namjoon tanpa melihat jay. namjoon terlihat sibuk pada berkas-berkas yang bertebaran di depannya.

Merasa tertarik jay pun berjalan mendekati namjoon. Matanya melayang pada berkas-berkas yang menampilkan kasus-kasus pembunuhan yang dilakukan J.S. jay tau bahwa pembunuh berantai itu sangat hati-hati, tapi dia juga penasaran kenapa kepolisian sangat sulit untuk menangkapnya. Selama ini jay tidak tertarik untuk mencoba memecahkan kasus itu, tapi melihat berkas-berkas korban dari J.S membuat rasa penasarannya tumbuh.

“apa kau penasaran kenapa dia sangat sulit ditangkap ?” ucap namjoon seakan membaca pikiran jay.

Jay mengangguk sambil duduk di samping namjoon.

“Setiap pembunuh berantai memilki pola tapi J.S tidak, itulah salah satu alasan dia sulit di tangkap. Dia membunuh baik pria maupun wanita, rentang umur pun ada yang anak-anak, remaja, dewasa hingga kakek nenek. Cara membunuhnya pun berbeda-beda ada yang di racun, ditusuk di jantung atau mengalami penyiksaan terlebih dahulu. ” lanjut namjoon menjelaskan.

“dan kenapa itu membuatnya sulit ditangkap ?” jay tidak mengerti apa hubungannya dengan kenapa pola membuat J.S sulit ditangkap.

Namjoon tertawa kecil melihat kepolosan jay. “karena dengan mengetahui pola dari pembunuh berantai kita bisa menebak korban berikutnya siapa jadi kita bisa memancingnya dengan umpan. Dan dari pola pembunuhan kita bisa memperkirakan darimana asal wilayahnya”

Jay mengangguk paham. Tentu saja sulit memperkirakan siapa yang akan dibunuh berikutnya kalau tanpa pola. “tapi kenapa dengan pola kita bisa menebak tempat tinggal J.S ?”

“pembunuh berantai biasanya akan melakukan pembunuh pertama di wilayah terdekat dengan tempat tinggalnya.”

“kalau begitu kita tinggal mencari di sekitar tempat tinggal korban pertama” ucap jay sambil mencoba membaca biodata korban pertama yang bernama park youngje.

“sayangnya park youngje bukanlah korban pertama” namjoon memberitahu bahwa ada satu petunjuk lagi yang tidak diberitahukan pada media. Pada leher setiap korban di ukir dengan angka yang menunjukkan urutan kematiannya. Dan park youngje sebagai korban pertama malah memiliki angka dua bukannya satu.

“tapi hyung kenapa memberitahukan semua ini padaku ?” walaupun jay adalah anak kepala polisi, tetap saja tidak seharusnya namjoon membocorkan semua rahasia kasus ini padanya.

“entahlah, aku hanya punya firasat kau mungkin bisa memecahkan kasus ini” atau mungkin aku hanya terlalu frustasi karena terus gagal menangkap jejak J.S pikir namjoon.

.

.

.

“terimakasih banyak jungwon-ah, kalau kau tidak menemukannya bisa-bisa aku akan di hajar senior” ucap haruto pada jungwon yang berada di hadapannya. Dia merasa panik ketika uang kas klub karate yang dipegang nya hilang ketika akan di setor ke bank. Untunglah jungwon menemukannya.

MANIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang