“aku berangkat”
Sunghoon menutup pintu rumahnya sambil berpamitan pada sang ibu. Sebenarnya sunghoon tidak tega untuk meninggalkan ibunya yang sedang sakit seorang diri, namun dia tidak ada pilihan. Sunghoon harus bersekolah dan bekerja untuk menghidupi mereka berdua. Ayahnya telah lama meninggal dan meninggalkan hutang dalam jumlah besar hingga membuat keluarga sunghoon yang sudah tidak mampu semakin sulit. Bertubi-tubi cobaan datang pada hidupnya tapi itu semua tak pernah menyurutkan semangat juangnya. Sunghoon yakin semua perjuangannya tidak akan sia-sia.
.
.
.
Sunoo berjongkok mengamati kucing kecil yang sedang sekarat di hadapannya. Bau anyir darah yang dimuntahkan kucing itu memenuhi indra penciuman sunoo. Baunya memang tidak sekuat bau darah manusia tapi itu sudah cukup menenangkan bagi sunoo. Mungkin karena telah bertahun-tahun membantu jungwon melakukan hobinya telah mempengaruhinya. Sunoo menyukai aroma darah. Layaknya seorang vampir, aroma darah segar benar-benar memabukkan baginya.
Perhatian sunoo kembali teralih ke kucing itu lagi ketika tubuh kucing itu bergetar dan memuntahkan darah lagi. Sebenarnya sunoo ingin menunggu makhluk berbulu itu perlahan-lahan mati, tapi sebentar lagi jam masuk sekolah jadi dia harus segera membunuhnya. Saat jari-jarinya akan mencekik kucing tersebut, bunyi langkah kaki di belakangnya menghentikannya.
“kucing itu kenapa ?”
Sunoo berbalik dan segera memasang ekspresi cemasnya. “a-aku tidak tau, aku menemukannya sudah seperti ini kasian sekali. Aku rasa dia di tabrak mobil” padahal kenyataannya sunoo lah yang menendang kucing itu hingga terlempar dan muntah darah.
Sunoo melakukan itu untuk melampiaskan kekesalannya pada bapak-bapak menyebalkan yang ia temui di kereta. Dia butuh darah untuk menenangkan diri.
“kita harus segera membawanya ke dokter hewan”
Setelah mengamati sesaat sunoo baru menyadari bahwa pemuda aneh itu memakai seragam yang sama dengannya. sunoo membaca nama yang tercetak di dada pria itu. ah sunoo mengingatnya sekarang , dia adalah Park sunghoon . si anak miskin yang populer yang terkenal baik hati.
“sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, tidak baik kan siswa berprestasi seperti mu terlambat ? biar aku saja sendiri yang mengantarkannya” ucap sunoo ramah.
Awalnya sunghoon bingung bagaimana pemuda di depannya mengetahui kalau dia berprestasi, namun dia segera menyadari bahwa mereka mengenakan seragam yang sama. Dan tentu saja name tag di dadanya juga membantu pemuda itu untuk mengenalinya. “maaf kalau merepotkanmu, terimakasih. Kalau begitu aku pergi dulu ”
“tidak masalah, aku memang akan berencana untuk membawanya ke dokter hewan juga kok”
Namun baru selangkah berjalan, sunghoon berbalik dan kembali berbicara pada sunoo. “boleh aku tau kelasmu dimana ?”
.
.
.
Bel yang menandai berakhirnya jam sekolah baru saja berbunyi, dengan malas sunoo membereskan barang-barangnya. Bersiap untuk pulang. Hari ini jungwon ada latihan taekwondo jadi dia akan sendirian di rumah. Membosankan sekali pikirnya. Sesungguhnya sunoo bisa saja pergi dengan teman-temannya untuk mengisi waktu, namun sunoo lelah jika terus memakai topengnya.
“eh noo, itu sunghoon nyariin kamu” ucap salah satu temannya sambil menunjuk sunghoon yang berdiri di depan pintu.
.
.“apakah kamu masih mengingatku ? kita bertemu tadi pagi” sunghoon berujar ketika sunoo sudah berada di dekatnyanya.
“iya”
“bagaimana keadaaan kucing itu ? aku ingin menjenguknya dulu sebelum berangkat kerja”
Sial, sunoo tidak menyangka sunghoon akan menanyakan kucing itu lagi. Setelah sunghoon pergi, sunoo hanya membuang mayat kucing ke sungai di dekat tempat itu. Sunoo segera menunduk dan memainkan ujung baju seragamnya , memberi kesan seakaan dia merasa gugup“maafkan aku, k-kucing nya tidak bisa di selamatkan lagi”. Bahkan sunoo sengaja membuat suaranya bergetar seakaan akan menangis.
Sunghoon terdiam sebentar sebelum membalas ucapan sunoo “sayang sekali, apa kamu menguburkannya ?”
Dengan ekspresi sedih yang sangat meyakinkan, sunoo menggeleng lemah kemudian mengatakan “tidak, aku tidak tega melakukannya jadi aku meminta tolong pada perawat yang ada di sana”
Sunghoon terdiam mendengar nasib malang kucing itu. andai saja sunghoon menemukannya lebih cepat, mungkin kucing itu bisa di selamatkan. “ya udah, mungkin emang sudah nasibnya. Setidaknya dia udah gak sakit lagi. Makasih ya udah bantu bawa ke klinik hewan”
.
.
.
Sunoo membalik novel yang dibacanya untuk mengisi waktu di sudut kafe. Sunghoon mengajaknya ke kafe tempat dia bekerja untuk mentraktirnya menu spesial di kafe itu sebagai ucapan terimakasih. Sunoo rasanya ingin tertawa, mendapat ucapan terimakasih padahal dia sendiri yang membunuh kucing yang ingin diselamatkan pemuda itu.
Tak lama kemudian suasana tenang di kafe itu terusik karena tangisan seorang anak kecil. Anak itu menangis karena dia marahi ibunya karena menumpahkan minumannya. Sunoo menatap anak kecil itu kesal, ingin rasanya dia membenturkan kepala anak kecil itu ke meja agar dia segera diam. kemudian sunghoon datang dan menghibur anak kecil itu, lalu membersihkan meja. Ibunya bahkan menunduk beberapa kali mengucapkan maaf dan terimakasih.
Sunoo mengamati sunghoon yang sedang membersihkan meja. Selama satu jam sunoo berada di sini, dia sudah beberapa kali melihat pemuda itu membantu orang. Membantu nenek-nenek lah, membantu mencari barang bapak-bapak yang terjatuh di bagian luar kafe dan lain-lain. Tugasnya terlihat dua kali lebih berat daripada pelayan-pelayan lainnya karena kebaikan hatinya.
Sunoo tidak mengerti kenapa sunghoon mau saja merepotkan dirinya membantu orang-orang yang tidak dikenalnya. Padahal dia bisa saja mengabaikannya tapi pemuda park itu tidak melakukannya. Sunoo jadi berpikir jika seandainya ada seseorang seperti sunghoon disekitarnya sebelum kejadian malam itu apakah dia akan menolong ? kalau seandainya ada yang menolong mereka waktu itu pasti dia bisa mendapatkan kehidupan normal. Sunoo mengejek pikiran sendiri yang menurutnya sangat naif. Jika pun ada seseorang seperti sunghoon, tak kan mungkin dia akan menolong. Orang baik yang seperti itu tak kan pernah ada di kehidupan sunoo. tidak setelah semua dosa yang dilakukannya.
Merasa diperhatikan, sunghoon menoleh pada sunoo. sunghoon baru teringat dia mengajak sunoo ke sini. Ia segera mendekati sunoo, “kenapa ?”
“gak ada kok” jawab sunoo dengan senyum di wajahnya. “oh iya kue nya masih lama ?” sebenarnya alasan sunoo berada di kafe itu sampai satu jam lebih adalah karena menunya hanya ada waktu matahari tenggelam. Konsep yang aneh memang tapi sunoo cukup merasa itu menarik. Apalagi dia juga tidak ada kegiatan, jadi tidak ada salahnya mengisi waktu dengan menunggu makanan manis yang disukainya.
Sunghoon melihat jam yang ada di dinding, “tidak, udah bisa sih di pesan sekarang. Bentar ya aku ambilin dulu”
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC
FanfictionBagi sunoo, misinya hidup adalah menjaga jungwon dan membuatnya bahagia. Tak peduli meskipun dia harus mengotori tangannya dengan darah atau membereskan potongan tubuh manusia, selama jungwon bahagia dia rela. Namun ketika akhirnya dia jatuh hati, u...