-HARRY POV-
"Hey Potter, kau tidak berencana untuk meledakkan kelas ini kan?"
Oh tidak. Tidak sekarang, Malfoy.
Aku hanya bisa memandang tajam ke arah pemuda Slytherin itu yang sekarang tersenyum dengan licik. Kenapa juga bisa-bisanya aku satu kelompok dengan Ferret ini? Tidakkah Profesor Snape tahu betapa "akrab"nya hubunganku dengan Malfoy? Begitu akrabnya sampai-sampai setiap kami bertemu, kami pasti saling menyapa dengan nada sarkastis dan terkadang berakhir dengan perang mantra. Aku yakin Profesor Snape memang sengaja membuatku satu kelompok dengan Malfoy, entah apa maksudnya.
"Oh ayolah, Potter. Bukan saatnya kau memikirkan si Weaslette sekarang. Perhatikan bahan-bahan ramuanmu. Aku tidak pernah gagal di pelajaran Ramuan, dan jangan membuatku gagal untuk pertama kalinya hanya karena aku satu kelompok denganmu," sindir Malfoy saat melihatku tidak melanjutkan tugasku untuk memotong-motong bahan ramuan untuk tugas hari ini.
"Potter! Jangan memotong seperti itu!"
"Potter! Aduk dengan benar! Bisakah kau berhenti melamun untuk sekali saja?"
Lagi-lagi Ferret pirang itu berteriak saat aku sibuk mengaduk ramuan kami tapi mataku malah sibuk memandangnya. Untungnya dia tidak sadar kalau aku sempat mengamatinya tadi.
"Potter!"
Aku mendengarnya memanggilku dengan nada mendesis sambil menjentikkan jarinya di depan mataku, membuatku tersadar dari lamunanku.
"Sudah cukup memperhatikanku, huh, Potter? Apa itu sebabnya dari tadi kau melamun terus? Jangan katakan padaku kalau kau grogi berada satu kelompok denganku? Sebegitukah menariknya diriku untukmu, Potter?"
Sial. Kenapa Malfoy terus saja berbicara seperti itu? Tidak bisakah dia diam sebentar? Aku memang sedang memandanginya, tapi dia tidak perlu terlalu percaya diri seperti itu kan?
"Diam kau, Malfoy." Hanya itu yang bisa kukatakan padanya sambil memandangnya tajam dan hanya dijawabnya dengan senyuman yang sangat menyebalkan.
Untuk menghindari omelan panjang dari si Ferret pirang ini, akhirnya aku berusaha berkonsentrasi mengerjakan tugas ramuan, pelajaran yang paling tidak kusuka semenjak aku masuk ke Hogwarts. Dan ketika ramuan itu akhirnya selesai, aku merasa sedikit bangga karena ramuanku dan Malfoy berhasil mendapat pujian dari Profesor Snape.
"Ternyata kau tidak terlalu buruk di ramuan, Potter."
Aku mendengarnya berbisik di sebelahku saat Profesor Snape selesai memeriksa ramuan kami berdua dan memberi pujian. Aku sedikit kaget mendengarnya. Seorang Draco Malfoy memujiku? Apa aku salah dengar?
"Kau sedang memujiku, Malfoy?" tanyaku padanya untuk meyakinkan bahwa aku tidak salah dengar.
"Ya, aku memujimu, Potter. Geez. Apa kau selalu lambat dalam menanggapi sesuatu, huh?"
Aku tidak mengindahkan nada sarkastik yang kembali keluar dari mulutnya. Entah mengapa, aku malah senang mendengar jawabannya dan membuatku tersenyum.
"Dan berhenti tersenyum seperti orang bodoh."
Aku tidak memperhatikannya beranjak keluar kelas karena aku masih sibuk dengan senyumku, yang lagi-lagi aku tidak mengerti kenapa aku tidak bisa berhenti tersenyum.
.
.
"Hey Harry, bagaimana pelajaran Ramuanmu? Maaf tadi kami tidak sempat menyisakan tempat duduk untukmu dan membuatmu harus satu kelompok dengan Malfoy."
Hermione, salah satu sahabatku, menyapaku saat aku baru saja duduk di meja asramaku di Aula Besar untuk makan siang. Di depannya duduk Ron, sahabatku yang lain, tersenyum sumringah dengan mulut penuh makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsuspecting Friday Afternoon
RomanceDon't hate someone too much, or you will get the consequence.