Written by Bininya Suga
.
.
.
.
.Marcalista Fransterli atau lebih akrab disapa 'Caca', cewek pecicilan yang merupakan idaman bagi cowok-cowok disekolahnya. Siapa yang menyangka bahwa cewek berwajah cantik juga ikut itu ternyata punya kebiasaan berkata pedas dan juga sering mengumpat. Namun, hal itu justru membuat cewek bergelar 'buaya betina' itu banyak disukai oleh kaum adam karena selalu bersikap apa adanya.
Kini cewek itu duduk sendirian di kantin. Rena-sahabatnya katanya akan belajar bareng dengan Rian di perpustakaan.
Caca hanya memutar bola matanya malas, Rena dan Rian pasti hanya berpacaran saja di Perpustakaan. Mana ada sejarah Rena yang belajar, cewek itu saja seakan alergi pada buku pelajaran.
Caca melirik sebentar pergelangan tangannya yang diperban. Rasanya pergelangan tangan itu masih agak sakit. Namun, Caca bisa menahannya.
Setelah bakso dalam mangkoknya habis, cewek itu segera beranjak menuju ibu kantin untuk membayar.
"Totalnya berapa, Bu?"
"520 ribu."
Caca membelalakkan matanya. "Etdah buset, Bu! mentang-mentang saya holang kaya yang baik hati, rajin menabung, dan tidak syoombong bukan berarti ibu bebas morotin saya. Walaupun saya cantik cetar membahana begini tapi saya juga bisa emosi loh, Bu." cerocos Caca yang menyebut kata 'sombong' dengan lebay.
Bu Wanda selaku ibu kantin itu menunjukkan ekspresi datar. Ia segera meraih buku catatan kecil yang berada diatas meja membuat kening Caca mengerut.
Wanita yang sudah berumur itu lalu membuka buku itu, menarik napas dalam-dalam untuk menyebutkan isinya.
"Hutang Macalista Fransterli ... tanggal 2 desember 2021 makan 2 mangkok bakso, 4 gelas es teh, 1 porsi ketoprak dan 2 telur dan 1 toples kerupuk. Tanggal 3 desember 2021 makan 2 porsi mie ayam dan 2 gelas jus Alpukat. Tanggal 4 desember 2021 makan 3 porsi mie goreng plus 4 ketupat, 2 gelas teh susu, 5 mangkok sup ayam. Tanggal 5 desember-"
"Udah, Bu. Udah cukup." ucap Caca menghentikan ucapan Bu Warda sambil menyengir seakan tak ada dosa.
Caca lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia tak tau kalau perutnya mampu menampung makanan sebanyak itu setiap harinya.
"Yaudah, bayar sekarang." Bu Warda langsung mengulurkan tangannya, menunggu Caca untuk membayar.
Caca menghela napas lalu merogoh kantong bajunya dan menemukan satu lembar uang berwarna abu-abu. Ia segera memberikan uang itu pada Bu Warda membuat ibu kantin itu melotot.
"Lah, kok cuman 2 ribu? saya kan tadi bilang, totalnya 520 ribu."
Mata cewek itu menatap iba ke arah Bu Warda. "Itu udah cukup baik kok, Bu. Karena sesungguhnya, tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima."
"Pala kau. Buruan bayar, gak ada yah ngutang-ngutang lagi."
"Gak enak lah, Bu kalau 520 ribu doang. Naikin harganya dong, Bu. 600 ribu kek, baru saya mau bayar. Dimana harga diri seorang Princess Caca kalo bayarnya murah banget." ucap Caca agak keras, Biasalah ... caper sama cowok-cowok dikantin.
"Yaudah 600 ribu."
"500 ribu aja deh, Bu. Saya lagi kismin." bisik Caca pelan membuat Bu Wanda kembali melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
CACA
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Semua perbuatan yang kita lakukan pasti punya konsekuensinya tersendiri. Contohnya ketika gue berjuang buat dapetin cinta dari lo yang gak pernah anggap gue ada, gue udah tau konsekuensi kedepannya. Gue bakal terluka...