Retak

2.8K 199 1
                                    

Keresahan melanda Binar. Sudah satu Minggu, Ray tak lagi berkunjung. Meski masih menyapa lewat pesan singkat, telepon, atau video call, tetapi bagi gadis itu rasanya berbeda. Seperti ada yang kurang, begitu.  

Terakhir pertemuan mereka saat pergi ke kebun binatang, lalu keesokan harinya pria itu datang dan mengajak jalan-jalan. Mereka bersenang-senang di mal. Menonton bioskop, main beberapa permainan di tempat bermain, makan, dan tentu saja hanya berdua.

Sepanjang hari pun, Ray membiarkan Binar menggandeng tangannya. Dia pikir untuk kali terakhir, jadi tak apa.

"Ray, kau sibuk?"

"Iya."

Biasanya, Ray yang menelepon duluan. Kali ini, Binar melakukannya lebih dulu.

"Hari ini, kau masih sibuk juga?"

Di seberang sana Ray memijat pelipis.

"Iya."

"Ray ...."

"Bagaimana dengan sekolahmu kemarin? Aku lupa bertanya."

Ray memotong ucapan Binar.

"Sama seperti hari-hari yang lalu, baik-baik saja."

"Caka dan Ivar, apakah masih cuek padamu?"

"Satu Minggu ini, mereka menyapaku. Pulang pun tidak lagi larut malam. Entah, keduanya aneh sekali. Kenapa tiba-tiba baik padaku?"

Ray bernapas lega mendengar perkataan Binar. Akhirnya, dia bisa pergi tanpa lagi terbebani pikiran.

"Aku senang mendengarnya."

"Tapi, aku tetap saja bosan. Mereka sedang keluar bersama kekasihnya."

"Bermainlah bersama temanmu. Pergi ke mal, main ice skating, nonton bioskop, atau ...."

"Aku lebih suka pergi bersamamu. Lebih nyaman dan aman."

Ray menutup mata sejenak. Dia menjauhkan ponsel dari telinga, lalu menghela napas lelah.

Binar, sepertinya mengajakmu pergi justru menjadi bumerang untukku. Ray membatin.

Ray kembali menaruh ponsel di telinga.

"Binar, aku sangat sibuk. Maaf, tidak bisa menemanimu lagi."

"Kau di mana?"

"Di rumah."

Binar menyunggingkan senyum. Di kepalanya telah tersusun sebuah rencana.

"Oke. Sampai jumpa nanti."

"Ya, sampai jumpa."

Telepon terputus.

Ray mengembuskan napas lega. Namun, sepersekian detik kemudian keningnya mengernyit mengingat kalimat terakhir dari Binar. Sejenak terpaku, lalu menggelengkan kepala. "Tidak mungkin."

Sementara Binar tengah berbahagia. Dia segera pergi ke dapur dan mengeluarkan semua alat untuk membuat kue berikut bahan-bahannya.

Hello, Wife!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang