Part 4 - END

177 11 1
                                    

~Happy Reading~
.
.
*** Part 4 ***
.
.
Satu, Dua, Tiga... ah, satu minggu. Sudah satu minggu berlalu, dan keadaan tetap sama. Suasana hati Hayi masih sedih karena mengingat pengakuan Hanbin, bahkan, terbitnya majalah yang menjadi hits dalam waktu singkat pun, tak dapat merubah rasa sedih itu. Hayi selalu berusaha menghidar, jika bertemu Hanbin dimanapun. Di sekolah, di cafe, atau bahkan, saat secara tidak sengaja mereka berpapasan di jalan. Hayi belum sanggup untuk menerima semua ini. Semua kenyataan yang ia lihat, semakin hari semakin menyakitkan baginya.
.
Salah satunya tiga hari yang lalu. Hayi melihat Hanbin tengah berjalan berdampingan dengan Jae In yang berpapasan dengannya di kantin. Hayi melihat lengan Jae In telah melingkar sempurna pada lengan Hanbin. Ya, itu membuktikan bahwa perkataan Hanbin saat malam itu, malam di saat ia kembali mengunjungi cafe setelah satu minggu menghilang dan menceritakan semuanya pada Hayi, memang serius adanya. Ia akan menyatakan perasaannya pada Jae In. Dan jika dilihat dari gerak-derik mereka selama satu minggu ini, sepertinya, mereka sudah resmi menjadi pasangan kekasih.
.
"Haaah..." hembusan nafas panjang, lagi-lagi keluar.
.
Mungkin, memang lebih baik, jika memilih taman belakang sekolah sebagai tempat persembunyiaannya, dari pada kelas dan perpustakaan yang dapat memungkinkannya untuk bertemu lagi dengan Hanbin.
.
"sepertinya kau selalu banyak pikiran ya?" Hayi menoleh ke kanan dan ke kiri mencari orang lain selain dirinya di taman belakang ini, yang telah mengeluarkan suara tiba-tiba itu
"aku di atas" Hayi mendongak ke atas pohon yang menjadi sandaran punggungnya itu.

"Bobby? Sedang apa kau di atas sana?"

"hanya ingin melihat pemandangan baru saja"

Hayi mengerutkan keningnya "pemandangan baru?"

"kau mau naik?"
.
Dan dengan bantuan dari Bobby, Hayi pun akhirnya bisa naik di atas pohon tinggi belakang sekolah itu secara perlahan, dan duduk pada salah satu ranting besar, bersebelahan dengan Bobby.
.
Ternyata benar kata Bobby, dari atas sini, ia bisa melihat pemandangan baru. Pemandangan yang jarang dilihatnya di kawasan perkotaan. Pemandangan yang membuat hati tenang, tersembunyi di balik tembok pembatas sekolah yang tinggi itu. Ada sawah yang sangat luas di sana. Penuh dengan padi yang telah menguning dan siap panen, ada juga tanaman jagung dan yang lain. Terlihat begitu sejuk dan tenang, dengan tambahan sinar matahari yang menyala siang ini.
.
Namun sayangnya, pemandangan hijau kekuningan itu, kembali mengingatkan Hayi akan kebersamaannya dengan Hanbin. Karena dulu saat mereka masih kecil, dan masih berada di desa yang sama. Hanbin sering mengajak Hayi untuk pergi ke sawah kakeknya, untuk sekedar bermain lumpur atau memetik beberapa jagung yang sudah matang.
.
Dan ingatan itu, tanpa sadar, telah membuat Hayi meneteskan air matanya.
.
"hei, kau menangis?" tanya Bobby gelagapan, karena bingung mendengar isakan Hayi yang tiba-tiba. Namun, bukannya menjawab, tangis Hayi malah semakin kencang
"Hei! Kenapa kau menangis? Apa kau terluka? Apa terjadi sesuatu padamu? Hei! Hayi! Jawab aku. Jangan menangis begini. Aku jadi bingung!"

"aku.." Hayi terisak "teringat masa kecilku.."

"aah.. ku kira ada apa" Bobby menghembuskan nafas lega "memangnya, ada apa dengan masa kecil mu?"

"dulu.." Hayi masih terisak, namun ia mulai mengendalikan nafasnya yang tersendat "aku sering bermain di sawah. Dan itu sangat menyenangkan" Hayi melihat jauh ke arah sawah di sebrang sana "Aku bermain lumpur, memetik jagung, bahkan pernah ikut menanam padi bersama kakek" Hayi terus bercerita, tanpa menyadari mata Bobby menatapnya lembut "Tapi.. mengingat masa kecil itu, aku jadi sedih" Hayi kembali terisak "Sedih karena aku harus teringat dengan sahabat, yang ternyata ku suka, malah menyukai orang lain" Hayi terhenti sejenak lalu melanjutkannya dengan suara yang lemah "Hanbin.."

Mendengar nama itu, Bobby menghembuskan nafasnya kasar "sepertinya aku salah mengajakmu naik pohon ini" kalimat itu bukan sebuah permintaan maaf atau penyesalan, melainkan perasaan kesal yang tiba-tiba datang saat telinganya mendengar nama Hanbin dari mulut Hayi.
.
TAP!
.
Kaki Bobby mendarat sempurna pada tanah, setelah ia lompat untuk turun.

Only Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang