02 - Superwoman

340 82 34
                                    

———But don't you worry 'bout a thing
Don't you worry 'bout a thing
Don't you worry, baby
'Cause I'll be standing on the side when you check it out

———But don't you worry 'bout a thingDon't you worry 'bout a thingDon't you worry, baby'Cause I'll be standing on the side when you check it out

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

For You, Who Color Me Hue
December, 2021





"Besok aja deh ya kita lanjutin eval-nya." Ayu berbisik pelan ke ponselnya. Posisinya yang saat ini berhimpitan di dalam KRL jurusan Cikini-Kalibata sama sekali tidak ideal untuk membahas masalah pekerjaan. Saking penuhnya, tubuh mungil Ayu sebenarnya tidak akan jatuh meski masinis mengerem kereta mendadak karena sudah tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk bisa bergerak.

"Ya kan tadi udah bahas-bahas tipis, udah jam setengah delapan juga ini, kalian pada pulang aja kenapa? Don't be so hard on yourselves, deh!" lanjutnya tidak sabar menyudahi pembicaraan.

"Si Ibnu sama Mbak Anya juga udah pulang tau, tadi turun bareng kok sama aku! Ih serius! Udah ya, pulang dulu ... lemburnya disimpen kalo ada deadline mepet aja, oke! Udah ya, Mit ... pulang ya ... bilang yang lain juga. Aku matiin ya, ini di kereta soalnya. Bye ...." Akhirnya Ayu bisa konsentrasi menghimpit tasnya di tengah-tengah kerumunan manusia ini, jaga-jaga kalau ada yang berniat jahat merampas isi tasnya yang nggak seberapa.

Di balik maskernya ia menghela napas berat, tidak habis pikir dengan tuntutan pekerjaan yang seperti tak kenal waktu. Ayu paham sih, bekerja di advertising agency memang sama sekali bukan karir yang ideal untuk orang yang ingin punya work-life balance. Tetapi kan dia selalu bilang ke anak buahnya untuk tidak terlalu ngotot kerja kalau bos-bosnya saja sudah pulang. Lagipula urusan yang barusan ditanya Mita bukan hal yang urgent atau mepet deadline.

"Maaf mbak!" seru seorang pria saat tas ranselnya tak sengaja menyenggol bagian belakang kepala Ayu. Wanita itu hanya bisa membalas dengan anggukan dan senyum seadanya karena tak lama kemudian banyak orang yang berdesakan bergantian untuk naik dan turun. Kereta sedang berhenti di Stasiun Manggarai yang malam itu masih lembap dan sedikit basah karena sisa hujan yang tadi sore mengguyur.

Jika sedang di kereta seperti sekarang, berbeda dari banyak orang yang bisa berdiri sambil nonton atau main game di ponsel, Ayu selalu lebih memilih untuk konsentrasi mempertahankan pegangannya di rail atas maupun tiang yang ada di dalam gerbong. 

Dia tak terlalu nyaman kalau harus buka-buka ponsel sementara jaraknya dengan penumpang lain terlampau dekat. Buktinya sekarang dia bisa melihat jelas kalau perempuan yang duduk di hadapannya sedang asik menonton sesuatu di aplikasi Urflick.

Melihat penampakan laman aplikasi itu kepala Ayu mendadak sedikit pusing. Dia benar-benar tidak jodoh kayaknya dengan Pulsé dan segala produknya. Ungkapan third time's a charm sepertinya tak berlaku untuk relasi bisnis antara Creatology dengan perusahaan teknologi itu.

Ayu memperhatikan jalan di luar yang sudah familiar di netranya. Jalur pulang dan berangkatnya setiap hari, dari stasiun yang sama, dengan kereta jurusan yang sama. Jejeran mobil yang mengantre di jalanan sama penuhnya dengan tumpukan wajah-wajah lelah yang ada di dalam gerbong. 

For You, Who Color Me Hue [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang