01 - Good Morning, Jakarta!

381 80 35
                                    

———Then I look at you
And the world's alright with me
Just one look at you
And I know it's gonna be a lovely day

———Then I look at youAnd the world's alright with meJust one look at youAnd I know it's gonna be a lovely day

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

For You, Who Color Me Hue
December, 2021




Dering kencang timer yang terdengar dari arah dapur membuat Yoga yang sedang bersiap untuk memulai hari langsung buru-buru mengancingkan kemejanya. Rebusan dada ayamnya sudah matang sempurna dan sebentar lagi sarapan sehat akan mengisi lambungnya yang sudah kosong sejak 12 jam lalu.

Ini awal minggu keempatnya kembali ke Jakarta. Berbeda dengan kunjungan tiga tahun lalu yang hanya enam bulan, kali ini tidak ada durasi kerja tertentu yang dimandatkan oleh kantor pusat California. Kantor cabang di Indonesia sedang berkembang pesat-pesatnya, jadi butuh lebih banyak bantuan dari orang pusat seperti Yoga.

Tidak seperti kebanyakan pekerja ibu kota yang harus berangkat lepas subuh untuk menyiasati ganasnya jalanan saat pagi hari, Yoga bisa sedikit santai karena jarak kantor ke apartemennya bisa ditaklukkan hanya dengan jalan kaki.

Laki-laki itu pun mulai membuat makan pagi tinggi protein yang disarankan oleh pelatihnya di gym, smoothies yang dibuat dari campuran dada ayam rebus, pisang, blueberry, almond milk, dan protein powder. Awalnya, sih, Yoga meringis begitu mendengar bahan baku itu disebutkan oleh sang trainer, tapi ternyata setelah dicoba rasanya enak juga.

Yoga kembali membuka ponselnya dan membuka aplikasi kalender yang mencatat semua kegiatannya hari ini. Lumayan padat, ternyata. Ada beberapa meeting penting yang harus dihadiri.

Hidup itu lucu. Yoga kira, pelukan perpisahan di bandara yang dia terima ketika terakhir kali menginjakkan kaki di kota ini adalah pertanda bahwa Jakarta bukanlah tempatnya.

Dua kali.

Dua kali dia merasakan patah hati di sini. Tetapi kayaknya ada saja yang menariknya untuk kembali.

Ketika matahari Silicon Valley sudah terasa seperti bagian dari rutinitas yang membosankan, laki-laki itu merasa perlu untuk menerima tantangan yang jauh lebih besar. Lagian, setidaknya dengan menetap di sini, Yoga jadi bisa lebih dekat dengan bundanya yang tinggal di Bandung. Ada sih sedikit rasa nyelekit saat pertama kali tiba. Tetapi itu bukan karena sakit hatinya masih tersisa. Pria itu hanya menertawakan kebodohannya sendiri yang sama sekali tidak piawai kalau urusan cinta.

Setelah menenggak suapan terakhir smoothies ayam rebusnya, Yoga mulai berjalan untuk menyelesaikan tugas selanjutnya, yaitu mengumpulkan baju kotor untuk dibawa ke laundry room sembari berangkat nanti. Beberapa kemeja dan celana yang masih tergantung ia rapikan dan barusan matanya tertuju pada kaus hitam berkerah yang tempo hari ia pakai saat ke hardware store. Laki-laki itu tersenyum, merasa lucu sendiri mengingat kejadian siang itu.

Mbaknya yang kemarin katanya jualan. Jualan apa ya? Yoga membatin. Senyumnya belum luntur. Sepertinya hari ini tidak akan buruk-buruk amat.


For You, Who Color Me Hue [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang