Chapter 1

46 8 0
                                    

Andai waktu bisa ku ulang. Andai semua itu tak terjadi pasti aku tidak akan seperti ini.

~Shafa Rakila Mahendra~

🌹HAPY READING 🌹










Indah nya rembulan yang di temani bintang itu pun menghiasi gelap nya malam. Gadis itu menatap lekat ke arah langit malam yang indah itu. Ia menatap kagum ke arah sang rembulan .

Kini ia sudah berada di depan rumahnya sejak tadi. Namun ia menatap ragu ke arah  pintu rumah itu. Ia pun menghembuskan nafasnya lalu menguatkan dirinya untuk masuk ke dalam rumah itu.

Ia membuka pintu itu dan berjalan  dengan perlahan namun suara seorang pria paruh baya menghentikan langkah nya.

"Dari mana aja kamu ?"tanya pria paruh baya itu Rateja Mahendra sang ayah dari shafa.

"Aku habis dari taman "ucap shafa singkat.

"Segera ganti baju lalu kamu turun ikut bergabung untuk makan malam karena saya ingin mengatakan sesuatu kepada kamu "ucap teja.

"Baik"ucap shafa lalu pergi ke kamar nya.

Shafa langsung membersihkan dirinya ,tak butuh lama baginya untuk membersihkan diri. Ia pun memilih untuk  memakai piyama.

Shafa pun segera turun ke bawah yang ternyata mereka semua sudah hadir disana. Shafa menarik salah satu kursi yang ada disana.

"Kenapa dia ikut makan bareng kita sih pa ?"ucap sheren sang adik sambil menatap tidak suka.

"Udah jangan banyak bicara sayang ayo silahkan makan pasti kamu sudah lapar "ucap teja.

Mereka pun segera menikmati makan malam itu. Setelah makan teja pun menyuruh anak - anak nya untuk berkumpul di ruang santai.

"Shafa besok kamu sekolah di tempat kakak dan juga adik kamu "ucap teja tanpa basa - basi.

"Gak ,,, shafa gak mau "tolak shafa.

"Jangan jadi anak pembangkang kamu "ucap teja dengan amarah.

"Saya tidak butuh jawaban kamu yang jelas besok kamu sudah satu sekolah dengan sheren dan niko (sang kakak) "ucap teja.

"Kenapa sih papa suka berbuat semaunya papa  , pokok nya aku gak mau "ucap shafa.

Plak (suara tamparan ).
Shafa yang ditampar pun terdiam mematung.

"Gak tahu diri lo , udah bodoh malah ngelunjak masih syukur lo di sekolahin dan juga di beri tempat untuk tinggal di rumah ini kalau gue jadi papa udah gue usir lo dari dulu "ucap niko tanpa rasa bersalah setelah menampar shafa.

"Seharusnya pembunuh seperti kamu tidak pantas ada disini "ucap ratih sang mama.

"Aku bukan pembunuh kejadian 5 tahun yang lalu itu bukan salah ku "ucap shafa.

"Diam kamu , sudah jelas - jelas kamu yang mendorong ziko saat itu "ucap ratih.

"Itu fitnah "ucap shafa.

"Gausah bohong deh lo "ucap niko dingin.

"Kenapa sih kalian selalu nyalahin aku , berapa kali aku bilang kalau aku bukan pembunuh kak ziko "ucap shafa setengah teriak.

Sebuah Rasa AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang