1. 01

165 20 3
                                    

"Lagi" Jung Jaehyun hampir menjerit, membanting keras
meja di depannya.

"Ibu! Sudah kubilang, aku tidak ingin pergi ke kencan buta lagi . Yang terakhir adalah yang terburuk!" Jaehyun meledak dalam kemarahan.

"Jaehyun ah", Nyonya Jung memegang tangannya, membelai dengan penuh kasih sayang.

"Ini yang terakhir, ya?" Nyonya jung mencoba menyakinkan putranya. Jaehyun menarik dan menghembuskan napas perlahan, mengumpulkan pikirannya. Dia akhirnya menatap mata ibunya, menunjukkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

"Tapi Ibu, aku punya seseorang yang kusuka...."

=========================================

"Bagaimana kencanmu?", Rekannya, Seo Herin bertanya sambil menekan tombol lift. Kim Yerim menghela nafas berat dan melihat ke bawah lantai.

"Dia terlalu banyak bicara. Aku tidak tahan, jadi aku pergi", katanya spontan dan membentuk seringai kemenangan. Ini bukan pertama kalimya dia menolak kencan butanya.

"Memang kamu Kim Yerim!" Herin bersorak gembira.

"Hei, hei, hei, apa ini "Kau Kim Yerim"?" Sepasang tangan melingkari bahu Herin dan Yerim.

"Jaehyun-ssi", kata Yerim pada pemilik lengan itu, menahan rasa kesalnya pada lengan yang melingkari bahunya. Jaehyun segera menoleh ke kiri, bertanya-tanya mengapa Yerim memanggilnya.

"Lepaskan ini dariku atau kau tidak akan melihat wajah tampanmu lagi", Yerim memperingatkan. Dalam sekejap, Jaehyun melepaskannya dan mendapat tawa dari Herin.

"Apa pengecut". Herin berkata dan menertawakannya.

"Aku? Pengecut? Ey. Bukan seperti itu", Jaehyun membela diri dan tertawa. Dia mengikuti keduanya masuk ke dalam lift. Herin menekan nomor 3.

"Hanya saja... wajah tampanku sangat beharga. Aku haris menjaganya dengan baik", lanjutnya bangga. Yerim yang berdiri dengan tangan bersilang di sampingnya memutar bola matanya dan tertawa sinis.

"Wajah tampan pantatmu". Mendengar itu, Jaehyun langsung berdiri di depannya dalam jarak yang sangat dekat.

"Aku tidak tampan katamu? Mengapa kamu tidak melihat lebih dekat?", Jaehyun berkata dan mendekatkan wajahnya padanya. Jaehyun menunjukkan senyum termanis padanya. Dugun-dugun. Jantung seseorang berdetak kencang. Yerim terkejut. Dia mundur satu langkah. Tapi Jaehyun mengambil langkah lebih dekat dengannya.

"Ada alasan kenapa orang memanggilku Valentine Boy Jaehyun", dia mengedipkan mata.

Ting!

Mereka sampai di lantai 3.

"Ah kita sudah sampai", kata Jaehyun bersemangat dan keluar dari lift. Tapi dia tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Dia berbalik dan tersenyum polos.

"Aku senang menggodamu, Yerim-ssi", katanya.

"Ah, wajahmu merah". Jaehyun tertawa dan berjalan pergi. Yerim menggigit bibirnya dengan keras. Dia mengepalkan tinjunya erat-erat.

"Tenanglah Yerim-ah. Dia hanya main-main", kata Herin hati-hati. Dia tidak ingin Yerim 'meledak' karene rekan konyol mereka.

=========================================

"Halo, ini Departemen Anak Rumah Sakit Korea.
Apa yang bisa say bantu?" Perawat Park berbicara melalui telepon.

"Ya... ah ya. Saya mengerti". Dia menutup telepon dan membuat panggilan.

"Halo Dr. Jung. Seorang dokter anak diperlukan sekarang di ruang rawat darurat". Kata perawat Park

 Pasangan PediatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang