09

58 8 2
                                    

Yerim mendaratkan tubuhnya dengan lembut di sofa ruang dokter. Dia menyandarkan punggungnya dengan nyaman di sofa, menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata. Dia sedang berpikir keras tentang sesuatu. Sesuatu itu membuatnya menjadi sedikit emosional. Dia merasakan matanya hangat.

Yerim membuka matanya dan menegakkan tubuhnya dan menemukan Jaehyun sedang duduk di sampingnya, tersenyum cerah sambil mengucapkan "Hai" padanya. Saat Yerim membuka matanya, Ia langsung menangis.

Melihatnya menangis, Jaehyun menjadi panik dan tidak mengetahui alasan Yerim menangis. Kemudian dengan perlahan Jaehyun melingkarkan lengannya di bahu wanita itu serta menepuk punggungnya dengan lembut seolah itu akan menenangkannya.

"Apakah kamu merasa lebih baik?" Jaehyun bertanya sambil memberinya secangkir cokelat panas Favorit mereka. Dia duduk di sampingnya di bangku. Mereka berada di taman bermain rumah sakit.

"Sedikit. Terima kasih". Yerim memberinya senyuman lemah. Dia perlahan menyesap minumannya.

"Berkeberatan untuk berbagi? Tidak apa-apa jika kamu tidak mau".

Yerim menghela nafas berat. Dia mencoba menggali kenangan 12 tahun lalu. Kenangan itu masih melekat kuat di benaknya.

"Saat saya berusia 14 tahun ketika hal itu terjadi. Adik laki-lakiku menderita penyakit yang sama dengan salah satu pasienku. Dia berusia 11 tahun saat itu. Dia perlu dioperasi tapi-" tanpa sadar air mata Yerim mulai mengalir di pipinya. Itu adalah kenangan yang menyakitkan.

"Keluargaku sangat miskin sehingga kami tidak mampu untuk membiayai operasinya. Kami mencoba untuk mendapatkan bantuan tetapi terlambat. Dia melakukan operasi tetapi karena terlalu banyak komplikasi, dia meninggal". Isak tangis Yerim mulai bertambah berat. Tubuhnya bergerak naik turun terus menerus.

"Aku tidak ingin hal yang sama terjadi padanya. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi...".

Jaehyun berlari mendekati Yerim, langsung memberikan pelukan yang menenangkan. Dia menghela nafas berat. Daripada mengatakan apa pun, Jaehyun tetap diam karena itu adalah penghibur terbaik.

"Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang, shift malam", ucap Jaehyun kesal. "Aku akan membunuhmu Dr. Seo".

Yerim tertawa. "Dia dalam keadaan darurat, oke. Dia tidak akan bertukar shift dengan tanpa alasan. Bersikaplah perhatian".

"Ya. Apakah kamu baik-baik saja berjalan pulang sendirian?" Jaehyun bertanya sambil menatapnya dengan cemas.

"Aku baik-baik saja, Tuan Pacar. Dan sebagai informasi selama ini aku berjalan pulang sendirian di malam hari tentu saja tanpamu". Kata Yerim tegas. "Berhentilah khawatir. Kami bahkan belum resmi berkencan dan juga belum sampai 24 jam, kamu mau putus ?". Yerim mengangkat alisnya benar-benar menggoda Jaehyun yang bereaksi berlebihan.

"Bagus! Pulanglah dengan selamat. Sampai jumpa". Jaehyun melambaikan tangannya dengan senyum cerah di wajahnya. Yerim tertawa melihat senyum palsu Jaehyun. Jelas sekali Jaehyun memalsukan senyum cerahnya.

"Suruh aku pergi dengan senyuman cerah palsu? Wow, terima kasih banyak. Sampai jumpa". Yerim tersenyum manis dan berjalan pergi.

"Apakah aku berkencan dengan orang yang tepat?". Jaehyun bertanya pada dirinya sendiri dan menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu lagi".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Pasangan PediatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang