Peristiwa 5 Februari

197 23 9
                                    

"Ira,lihat. Putra kita sudah lahir jadi kamu harus bertahan, ya?"

Malam itu suara rintikan air yang jatuh ke bumi terdengar saat Pria dengan setelan jas itu menapaki kakinya di depan pintu ruang operasi yang masih menunjukkan lampu merah, pertanda masih berlangsungnya operasi tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam itu suara rintikan air yang jatuh ke bumi terdengar saat Pria dengan setelan jas itu menapaki kakinya di depan pintu ruang operasi yang masih menunjukkan lampu merah, pertanda masih berlangsungnya operasi tersebut.

"El, duduk dulu. Kamu baru sampai 'kan? Tenangkan pikiranmu. Ira pasti baik-baik aja" Intruksi Adam kakak sulung Syaira-istrinya.

Tidak lama kemudian lampu yang tadinya berwarna merah telah berganti menjadi warna hijau dibarengi keluarnya Dokter yang menangani istrinya itu.

"Dokter! Istri dan anak saya?"

Dokter yang mengenakan hijab toska itu tersenyum menatap satu persatu wajah penuh harap tersebut sebelum lisannya mengucapkan sesuatu yang membuat semua orang disana berucap syukur.

"Selamat sudah menjadi Ayah. Istri dan bayinya baik-baik saja"

".... Alhamdulillah" Ucap Adam kakak laki-laki Syaira dengan penuh syukur. Lalu Dokter meminta Adriel untuk ikut ke ruangannya sedangkan Syaira di pindahkan ke ruang ICU meskipun terdengar buruk untuk saat ini keadaan ibunda Arrav itu stabil dan Arrav kecil di pindahkan ke ruang inkubator sebab si kecil keluar saat belum saatnya.

Saat ini Adriel sudah duduk manis di kursi ruangan sang Dokter, wajah sang dokter terlihat berkedut tanda ada masalah yang terjadi.

"Ada apa Dokter? Semuanya baik-baik aja kan?" Dokter paruh baya itu menghela napas menatap Adriel sedih.

"Pak Adriel, Ira sempat mengalami kritis saat berlangsungnya operasi tadi beruntung sekarang keadaannya sudah stabil. Karena penyakitnya rahim Ira lemah dan mengharuskan si bayi untuk keluar lebih cepat, saya tidak tahu apakah Ira bisa bertahan atau tidak hanya Allah yang tahu"

Tangan Adriel bergetar. Sekarang dirinya benar-benar takut apa seharusnya ia tidak membiarkan Ira hamil, namun... Hari itu ucapan Ira masih menampar telak dirinya hingga saat ini.

"Adriel!? Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Calon anak kita bisa sedih karena ayahnya nggak mengharapkan kehadirannya. Dan satu lagi El... Aku cuman mau menjadi seorang ibu? Apa itu sebuah kesalahan? Aku akan berusaha bertahan untuk anak kita karena ridha Allah selalu bersama kita El... "

"Pak Adriel?" Sang empu yang di panggil tersentak memandang seorang perawat yang saat ini sedang berkeliling dalam ruangan khusus untuk mencari tempat putranya yang berada dalam inkubator. Langkahnya mendekat pada kaca yang berisi bayi mungil yang masih merah, mata Adriel berkaca-kaca bibirnya bergetar menahan tangis saat melihat betapa rapuhnya sang jabang bayi.

Our Little Arrav »Prequel For our Brother«Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang