"Kelak jika kamu sudah besar nanti, kamu akan jadi anak yang tangguh dan mandiri seperti yang di harapkan kedua orangtua mu. Selamat datang di keluarga kita Arrava"
Sudah sepuluh hari sejak Syaira sadar kini dengan segala perlengkapan yang sudah di kemas, mereka,keluarga kecil Adriel bersiap pulang karena kondisi si kecil Arrava dan ibunya sudah memungkinkan untuk pulang."Akhirnya anak Umma bangun juga" Pekik Syaira senang saat melihat mata coklat terang milik sang buah hati terbuka walau langsung menyipit dan kembali tidur saat terkena pantulan sinar matahari dari kaca mobil.
"Ira, langsung ke pondok mas Adam?" Tanya Adriel masih sibuk melihat jalan depan, jika tidak melihat depan bisa saja Adriel menabrak sapi yang tidak bersalah seperti dulu saat pertama kali ia ke desa ini.
"Iya sayangg" Jawab Syaira membuat wajah dingin Adriel menjadi memerah. Jika dulu sebelum menikah Adriel yang selalu berusaha menggoda Syaira untuk mencari perhatiannya maka, sekarang setelah mereka menikah wanita itu yang selalu menggoda Adriel membuat lelaki itu terkadang malu tingkat dewa.
Wanita berhijab tosca itu terkikik melihat suaminya yang telinganya sudah memerah lalu atensinya kembali pada Arrav.
"Liat deh Arrav, Abu kamu lucu banget sih"
♡´・ᴗ・'♡
Semua Santri langsung berdiri dan memberi jalan saat melihat Adriel dan Syaira keluar dari mobil sambil menggendong si kecil Arrav sebagian dari mereka memberi salam kepada pasutri yang baru mendapatkan anggota baru itu.
"Adriel, dek. Langsung masuk aja yang lain udah di dalam" Ucap Adam membantu Adriel membawa perlengkapan mereka.
"Eyang ada di dalam mas?"
"Iya, Eyang mau liat cicit baru nya"
Adriel langsung mengetuk pintu dan memberi salam, rumah bergaya klasik itu tampak tua, namun tak di pungkiri dalamnya sangat luas dan elegan. Langsung saja ketiga insan tersebut masuk yang mana langsung di sambut tatapan hangat dari keluarga besar Syaira.
Adriel tersenyum, walaupun keluarga ini cukup sederhana, namun lelaki keturunan Turki itu merasa nyaman berada disini berbeda saat dulu ia menikahi Meylan yang ia temukan hanyalah para penjilat kendati sebenarnya ia tahu bahwa Meylan benar-benar mencintainya.
"Wah ini cicit baru Eyang? Hmm? " Tangan tua pria berumur enam puluh delapan tahun itu mengangkat dan menggendong tubuh mungil Arrav, di usianya yang sudah tidak lagi muda pria tua yang sering di panggil Buya atau Kyai itu tetap sehat bahkan masih sanggup berdiri berjam-jam hanya untuk menasihati(memberi ceramah) pada santri-santri yang bermasalah.
"Syaira, Adriel mendekatlah kemari, Eyang mau bicara sama kalian" Keduanya mendekat duduk di samping Eyang, yang lain mengerti segera undur diri ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Arrav »Prequel For our Brother«
FanficArrav itu cerewet. Arrav itu mengemaskan, tapi menyebalkan. Arrav itu selalu senyum nampakin gigi depannya yang ompong. Arrav itu kesayangan semua orang. kalau nggak ada Arrav semua orang rindu sama tingkahnya yang buat pusing tujuh keliling. In...