|02|

7 3 0
                                    

.

.

**✿❀Just Go On❀✿**

"Selamat siang, Pak Indra. Saya dengar dari Bi Iyam kalau keluarga Bapak ada di rumah sakit, katanya Abimanyu kecelakaan? Saya kaget banget dan langsung mau jenguk, sekarang gimana keadaannya?"

"Ibu Nur dan Pak Yusuf, terima kasih sudah datang, hehe... Alhamdulillah udah lebih baik, tinggal nunggu patah tulangnya sembuh sama nunggu hasil rontgen lanjutan dari dokter spesialis saraf otak aja," sambut Indra sambil menuntun kerabatnya masuk ke dalam kamar inap Abimanyu.

Melihat pintu terbuka dengan kehadiran seseorang berjumlah lebih dari satu membuat Diana dan Harsa menolehkan kepala mereka menuju objek tersebut. Salah satu dari objek disana adalah teman baik Rara dan Dista, Adam si anak jagoan pak ustad Mamad.

"Adam!" pekik Rara kegirangan melihat kedatangan Adam dan kedua orang tuanya di ambang pintu masuk kamar inap ini.

Mereka segera masuk dan duduk di sebuah sofa yang disediakan dalam ruangan ini, ruangan yang terbilang istimewa untuk pasien yang memiliki luka yang ringan. Karena Abimanyu terpeleset saat menuruni tangga sambil berlarian dengan tergesa seolah dikejar preman yang mencuri rumah, hal yang menimpa pertama kali ialah kepalanya membentur lantai yang dingin dengan beberapa kali terguling sehingga kepalanya mengalami luka berdarah sampai dokter menyatakan bahwa kepalanya mengalami sedikit keretakan.

"Abim di kejar apaan kok lari-larian dan akhirnya jatuh sampai begini, hm?" ujar Nur bertanya kepada Abim yang tengah asyik dengan mainan robotnya tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya yang mulai terdengar ramai.

"Abim masih kaget dan agak trauma Bu Nur, dia habis ...." Diana menceritakan pokok kejadian yang membuat Abim kecil menjadi bocah pendiam dan pemurung sejak tiga hari lalu.

***

Rara, Dista dan Adam memutuskan untuk bermain di taman karena di dalam kamar dilarang berisik sementara mereka sedang asyik bermain bersama. Memainkan permainan yang marak diantara mereka berdua, Ludo. Yang dibawa Adam sebagai hadiah untuk Abim. Namun, mereka ditegur habis-habisan oleh Harsa dan membawa permainan itu bersamanya. Seharusnya ia segera berangkat kuliah setelah mengantarkan pakaian milik Abim bersama si kembar namun, ketika ada tamu datang, Harsa jadi ikutan menyambut terlebih dahulu.


"Sebenernya si Abim kenapa, sih, Ra?"

Rara sedang asyik memetik bunga yang ada di sepanjang jalanan taman rumah sakit, memetiknya lalu mengumpulkannya pada sebelah tangan kirinya. Rara tidak menggubris pertanyaan dari Adam yang berjalan di belakangnya bersama Dista yang sudah berdecak melihat kelakuan Rara.

"Ra, entar pak satpam marahin kita lagi tau!" tegur Dista sambil merenggut kesal kala teringat ulah Rara, membuat mereka di marahi Pak satpam galak yang berjaga di depan pos depan gerbang masuk.


"Gak akan," kilah Rara sambil bersenandung. Adam terkekeh ketika ia melihat Dista sudah merenggut kesal dengan mengembungkan kedua pipinya.


"Dista jangan marah, kalo pak satpam datang, kita berdua kabur aja, atau gak ngumpet aja, oke!" Adam terkekeh sehingga membuat Dista juga terkekeh. Ketiganya berjalan menyusuri jalanan kecil taman yang memiliki luas lebih lebar dari jalanan, sepertinya diperuntukkan bagi para pasien yang di rawat di rumah sakit ini dengan jangka panjang?


"Abim di ganggu makhluk, setiap kali malam jumat kliwon, harusnya kita semua ada di ruangan yang sama, tapi karena bunda sama ayah gak ada di rumah, Dista sama Rara ngumpet di kamar kita dan Abim di kamarnya lagi tidur nyenyak banget, tapi harusnya Dista ajak Abim ke kamar dan bareng-bareng, Dam ... Dista takut banget pas ada suara wanita jelek yang ketawa sampai mang Tejo aja pingsan gara-gara gak kuat nahan makhluk itu, iiii serem tau!"



Among The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang