|03|

3 2 0
                                    

.

.

**✿❀ ??? ❀✿**

Semua hal yang ia inginkan beratas namakan kesejahteraan yang ia sembunyikan itu berujung petaka,

ketika ia sudah mendapatkan pelita hidupnya. -anonim

4 tahun lalu

Tiga tahun hidup bersama sosok pria bernama ayah tanpa kehadiran sosok wanita yang bernama ibu, membuat Dista kecil dirundung rasa rindu akan pelukan dan kasih sayang sang ibu. Kendati itu, Dista tetap bisa tertawa lepas kala bersama ayah kandungnya yang mengajarinya hal-hal baru hingga ia menjadi gadis jenius dengan predikat terbaik pada usianya yang baru menginjak tiga belas.

Lulus SMP pada usia tiga belas adalah akibat otak cerdasnya yang dilatih oleh sang ayah yang mampu megajarinya untuk mengerjakan soal matematika dan sains untuk siswa umum. Lulus SMP pada usia dini yang membuatnya memutuskan untuk mengikuti kemauan ayahnya untuk menciptakan perubahan dunia dengan memperbaharui teknologi, menciptakan terobosan baru pada teknologi yang pada akhirnya memikat hati Dista kecil untuk menjadi seorang programer kelak.

"Ri, dulu ayah punya cita-cita sama bunda ... Ayah bakalan menciptakan mesin penangkal rasa takut hantu buat bunda ... tapi, bunda bilang kalau Ayah itu konyol, tapi cita-cita Ayah memang konyol dan tergantikan sama satu hal," ujar Vian kala melihat hasil kerja Dista kecilnya saat memperbaiki pemograman robot pembersih sampah yang masih belum di sempurnakan.

"Terus apa? Apa satu hal itu?"

"Cita-cita Ayah satunya lagi adalah ... mengajari Distarina agar menjadi profesor perempuan yang hebat, cita-cita ayah adalah melihat Ri menjadi profesor yang memiliki projek masa depan di sebuah perusahaan yang kelak akan ayah dirikan, bagaimana? Hebat bukan?"

Dista menghela napas, "Hm, masih konyol seperti yang dikatakan bunda, hahaha ... tapi, Yah, Ri gak mau jadi profesor, maunya jadi teknisi aja, memperbaiki lebih berguna daripada menciptakan."

"Ah, atau Ri jadi programer aja ..."

"Tapi menciptakan lebih menyenangkan ketika kamu memang ingin dunia berevolusi menjadi masa depan yang jauh lebih baik, melupakan ketakutan dan selalu ada optimistis dimana-mana ... sudahlah, pokoknya kerjakan sampai selesai, nanti kita bawa ke pameran teknologi di Universitas Teknologi Indonesia, okey dokey?" Keduanya tergelak kala Vian megucapkan dua kata yang sangat mengundang gelak tawa dan kesal menjadi satu kesatuan bernama receh.

***

Besoknya, Dista dan Vian segera mempersiapkan kepergian mereka menuju universitas bergengsi yang tengah membuka pameran bertajuk 'Karya Cipta Tahunan' guna menjadi tabungan untuk masa depan dengan teknologi yang kian berevolusi. Sayangnya, dalam perjalanan menuju universitas bergensi itu, terjadi sebuah kecelakaan lalu lintas sehingga Vian merasakan sebuah firasat buruk.

Dista kecil yang mulai beranjak remaja itu melihat betapa berantakannya jalanan utama kota yang menghubungkan distrik satu dengan yang lain. Melihat cairan merah yang berusaha di bersihkan oleh petugas yang turun tangan membuat Dista bergidik ngeri dan merasa mual ketika tidak sengaja melihat jasad korban yang sedang di evakuasi. Sementara itu, Vian melihat sosok yang nampak seperti hologram meringkuk diatas jasad yang telah terevakuasi.

"Ri, kamu diajari untuk mengucapkan doa ketika ada yang meninggal atau ada kejadian buruk, kan?"

"Tentu. Kenapa, Yah?" Dista menolehkan kepalanya agar menghadap Vian yang masih mengemudikan mobil mereka.

"Ucapkan, mereka membutuhkan doa dari orang-orang yang masih hidup, kalau kamu mengucapkan kebaikan untuk orang lain, maka itu akan kembali kepada kamu, sayang ... begitu juga sebaliknya." Dista terdiam kala mendengarkan Vian bertutur layaknya Diana dan Indra yang selalu menasihatinya, Dista melihat dua sosok itu pada satu sosok yaitu, Vian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Among The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang