Malam sabtu terasa tenang pukul 00.00 Hasan benar benar belum tidur ia masi terjaga dan sibuk duduk di mej belajar mengerjakan tuagas kuliah, anak hukum emang gitu ya?
Entah apa yg di benak nya kini laki laki berdarah jawa sunda itu tiba tiba terhenti menulis dan diam sejenak dan tiba tiba ia mencari inhaler, ia hisap alat itu dengan sekali hisap sambil ter engah engah.
Ingin bertanya pada tuhan mengapa ia sedari kecil mengalami asma ini. Mungkin terlalu sepele namun ia tak ingin ada di hidup nya terlalu melelahkan bagi dirinya harus bergantung pada alat ini.
Ia lihat foto di nakas tempat tidurnya sambil mengepalkan tangan ia memukul dadanya dan kepalanya sekuat mungkin melepaskan kesal dan bencinya.
Orang yang ia banggakan ternyata tak ingin ia hidup. Ia berjalan ke kasur sambil mengambil mencis, ia buka bingkai foto itu lalu mengeluarkan foto itu. Berjalan ke arah jendela,membuka jendela sambil menggesek gesekkan mencisnya lalu mendekatkan foto itu kemudian membakarnya foto itu foto Hasan dan sang ibu dan ayah.
5 tahun yang lalu
Hasan masih kelas 3 SMP di umur 15 tahun itu ia tlah bekerja paruh waktu sekedar mencoba dan mencari uang untuk kebutuhan karena hubungan keluarganya yang kurang baik dan orang tuanya yang ingin ber cerai.
Di umurnya yang 8 tahun Hasan hampir ter bunuh karena sang ibu yang menusuknya dengan pisau dapur.
Di umur 5 tahun Hasan kecil hampir di jual untuk menebus utang ayah ibunya.
Hasan menangis tersedu sedu ia menarik baju nya melihat bekas jahitan tusukan panjang sekitar 28 cm yang masi membekas di sana.
Trauma itu masi membekas,ia lelah 2 tahun lalu ia melakukan percobaan bunuh diri dengan gantung diri namun percobaan itu di hentikan oleh Raka yang langsung menarik Hasan saat ia akan me letakkan kepala dan lehernya di tali itu.
Se tahun kemudian Hasan melakukan hal yang sama namun ia ingin loncat dari gedung parkiran,rencana itu tak berhasil karena Jevandra menariknya turun dan mengamankan nya.
Tok tok tok
Suara ketukan dari luar pintu kamar Hasan.
"San gue tau lo blom tidur,gue boleh masuk?" Panggil Raka dari luar
"Masuk aja ga di kunci" jawab Hasan
"Gue bawa lo susu cokalat sama pisang goreng, gue tau lo lagi di suasana hati yang ga baik"
"Ckk lo tau aja"
"Eh kita udah temenan dari sd bego, ini minum sama habisin ni gorengan, klo lo ga tahan besok kita ke psikolog gw juga mau ke sana"
"Huuuh okay" hembus nafas berat lelaki bernama Hasan itu sambil meminum susu cokalat hangat itu.
Pagi sabtu pukul 7 pagi suasana rumah kaluarga ZERO sudah di kagetkan dengan teriakan Raka dan Jevandra membangunkan 2 sahabat mereka ini,pasalnya mereka tidur benar benar nyenyak padahal mereka sudah di tunggu dengan tugas dan kerjaan yang menumpuk, Josan yang ada presentasi jam 9 nanti dan sebelum itu harus mengantarkan cucian laundy selimut dan menitipkan jualan gorengan ke kedai buk Inem.
Hasan yang sudah harus mencuci karena ini jadwal piketnya sekarang dan mencuci mobil serta janji dengan Raka.
"EH KODOK EH KODOK ANJ*NG LU BER DUAAA!!!" Kaget Hasan dan Josan sambil teriak.
Bukan apa apa mereka ber dua tidur di ruang tamu entah apa dan mengapa tidur di sana dan lebih mengagetkan posisi tidur keduanya yang aneh,Josan yang memeluk kaki Hasan dan Hasan yang mencium cium kaki Josan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Family
Teen Fiction"Sahabat sampai akhir, Keluarga selamanya" 7 lelaki yang memiliki kisah pahit tentang keluarga, dan masa lalu yang suram yang pada awalnya mereka berada di titik terendah dalam kehidupan masing masing lalu secara bertahap semuanya mulai mengenal sa...