Sanksi adalah hal yang lumrah terjadi saat seseorang menyalahi aturan, berat tidaknya juga tergantung pada aturan yang sudah dia lawan. Hal seperti ini juga diterapkan di SMA Gintama. Sebisa mungkin sanksi yang dijatuhkan harus setimpal dengan kesalahan yang dilakukan. Karena itulah, bermusyawarah dengan guru BK adalah aktivitas lain dari pasangan Ketos-waketos SMA Gintama.
“Tentang Sakata-san lagi, ya?” tanya si guru BK—Otae. Guru BK muda yang baru beberapa bulan menjadi bagian keluarga besar SMA Gintama, usianya yang masih begitu muda, membuatnya sangat popular di kalangan siswa-siswinya. Sayang, dia terbilang cukup kasar jika merasa terganggu.
“Hai’, bahkan laporan pelanggarannya hampir penuh dengan pelanggaran yang sama,” repon si Ketos—Kondo Isao—apa adanya. Dia menatap penuh kagum guru BK di hadapan yang masih tersenyum ramah. Mohon maklum, dia salah satu penggemar Guru BK muda tersebut.
“Bagaimana, ya? Bahkan saat di skors saja, dia tetap datang ke sekolah untuk tidur di UKS,” Otae bergumam, susah memikirkan hukuman pantas untuk salah satu siswanya itu.
“Bukannya itu tidak diperbolehkan?” tanya Toshiro.
“Memang benar, tapi dia tetap melakukannya. Sekolah juga tidak mungkin melakukan kekerasan untuk mengusirnya,” Otae memasang wajah prihatin, “Tapi, entah kenapa, aku ingin kalian bisa megendalikan hobi tidur di UKS-nya itu,”
---
Gintama © Sorachi Hideaki
Hijikata Toshiro x Sakata Gintoki
Berandal by aoicchane
Chapter 2 : Sanksi
---
“Itte,” Gintoki meringis saat penghapus papan tulis terlempar mengenai kepalanya. Dia menatap tajam si pelaku. “Oogushi-kun, kenapa melemparku dengan penghapus? Makin pening kepalanya Gin-san,”
“Salahmu, aku sedari tadi memanggilmu, dan kau tidak mempedulikanku,” sahut Toshiro. Tanpa kata lanjutan, dia menarik lengan Gintoki sedikit kasar.
“Pelan-pelan, dong. Sakit, nih,” keluh Gintoki.
Tanpa menyahut, Gintoki sedikit merenggangkan pegangannya pada lengan Gintoki, “Jangan mencoba kabur dariku!”“Tidak akan, jadi cepatlah!”
Mereka berjalan dalam diam menyusuri Lorong, dan berhenti tepat di ujung Lorong, di depan kamar mandi pria. “Nah, ini hukuman paling pasaran, kau pasti tahu, kan? Membersihkan toilet,”
Gintoki memelototinya, “Enak saja, sebagai siswa di sini, aku tidak punya kewajiban membersihkan toilet. Ada cleaning services yang akan membersihkannya nanti,”
“Ini hukuman untukmu!”
“Ck, berilah hukuman yang bermanfaat untuk seorang siswa sepertiku ini, Oogusi-kun. Kukira pikiranmu tidak sekolot itu untuk memberi detesi tidak berguna seperti membersihkan toilet”
“Lakukan saja, keriting!”
“Tidak mau! Dan jangan memanggilku keriting!”
Toshiro mendengus, dia mendorong Gintoki ke dalam kamar mandi, tentu Gintoki melawan. Bahkan dengan tidak elite-nya berteriak, “Tolong!! Gin-san yang tidak berdaya ini hendak di salah gunakan oleh orang tidak bertanggung jawab” membuat seluruh siswa yang kebetulan lewat di sana menatap geli, bahkan ada beberapa yang kurang kerjaan memotret atau merekam.
“Lakukan aktivitas masing-masing atau skors untuk kalian?!” ancam Toshiro. Dia tambahkan tenaga pada lengan dan kakinya, menarik Gintoki memasuki kamar mandi dengan sekali tarikan. Gintoki hampir dibuat terjungkal karena tersandung kakinya sendiri.
“Aduh, Iya, deh, iya, aku bersihkan toiletnya,” Gintoki pasrah menerima, dia berjalan lunglai memasuki salah satu bilik kamar mandi setelah menggaet sikat dan pembersih di samping pintu masuk. Dia menyiramkan air terlebih dahulu, lalu lanjut mengalirkan sedikit pembersih kamar mandi dan mulai menyikatnya. Wajahnya masam saat Toshiro masih diam di ambang pintu mengawasinya. “Oogushi-kun, sampai kapan kau mau berdiri di sana?”
Toshiro menolehkan kepala, memasang senyum terbaik—tentunya malah bikin Gintoki sebal, “Aku hanya memastikan tidak ada yang masuk ke sini, supaya kau tidak perlu malu kalau misal ada temanmu yang melihatmu terkena sanksi,” jawab Toshiro setengah ngeles. Sebenarnya, dia hanya memastikan jika Gintoki tidak kabur dari hukumannya.
“Kamu tidak perlu melakukan hal merepotkan seperti itu. Lagipula, Gin-san tidak punya teman,” sahut Gintoki malas. Tangannya masih rajin menyikat closet yang keterlaluan kotornya. Untung aku tidak pernah ke kamar mandi selama bersekolah.
“Menyedihkan sekali, tidak punya teman,” usai berkata demikian, Toshiro merasa kepalanya nyut-nyutan habis kena lemparan sikat wc. Dia sontak memelototi Gintoki, “Kau sengaja melakukannya, kan?” serunya kesal.
Gintoki malah nyengir, dia melambaikan tangannya ke kanan dan ke kiri, “Maaf, Oogushi-kun, tanganku berkeringat, jadi licin, deh” jawabnya santai.
Toshiro tidak lagi menyahuti, mengendapkan rasa kesalnya. Bakalan repot kalau menuruti mau si Berandal tidak tahu malu itu. “Kumaafkan, jadi, cepat selesaikan!”
Gintoki manyun, dia berjalan ke arah mendaratnya sikat WC; di belakang Toshiro, mengambilnya cepat. Lalu menggiatkan diri untuk sesegera mungkin menyelesaikan hukumannya supaya bisa cepat-cepat berbaring di Kasur UKS. Ah, Kasur UKS, tunggu aku!
Namun sepertinya, Gintoki harus merelakan impian untuk kencan dengan si Kasur UKS, karena sekali lagi, Toshiro seenak hati menyeret Gintoki ke kelasnya, menyuruhnya diam di bangkunya selama pelajaran berlangsung, bahkan memborgol kakinya dengan kaki kursi. Dia bahkan santai sekali melambaikan tangan sambil tertawa geli dan mengucapkan, “Belajar yang rajin, kawan!”
Gintoki menggeram, Dasar babu Guru!
---
Setelah kejadian tersebut, Toshiro jauh lebih punya waktu memberinya detensi. Bahkan bermacam-macam varian. Gintoki bahkan suruh memilih sendiri. Membersihkan toilet, mengatur ulang buku di perpustakaan, jadi asisten si waketos, membersihkan gym, dan membersihkan ruang OSIS. Dari sekian banyaknya varian, Gintoki lebih sering memilih mengatur ulang buku di perpus. Setidaknya, itu tidak terlalu melelahkannya.
Sedang, Toshiro hanya mendengus tak sabar karena Gintoki tidak pernah memilih hukuman untuk menjadi asistennya. Padahal, Toshiro butuh sekali asisten yang seberani dan tidak tahu malu seperti Gintoki. Sungguh disayangkan.
Tapi, Gintoki tidak pernah kapok. Masih sering membolos Kelas hanya untuk berbaring di UKS. Tentu Toshiro dengan segera menariknya untuk menjalankan hukumannya. Jika ditulis siklusnya, mungkin seperti ini. Jam pelajaran pertama sampai istirahat pertama, Gintoki akan tertidur di UKS. Hukuman yang Toshiro berikan pasti memakan waktu Istirahat pertama dan 1 jam pelajaran berikutnya. Setelah tamat menjalankan hukuman, Gintoki akan melanjutkan jam pelajaran dengan kaki di borgol pada kaki meja atau kursi.
Sungguh, siklus yang membosankan jika terus di ulang.Tapi, Toshiro lama-lama merasa nyaman dengan memberi sanksi Gintoki, dia bahkan menyisihkan uang saku untuk membelikan Susu berperisa Strawberry pada Si keriting. Toshiro merasa nyaman saat bercakap dengan Gintoki, mereka punya banyak kesamaan berpikir juga tak kalah banyak perbedaan pendapat. Mereka sering saling berteriak untuk pertahankan argumen masing-masing, dan Toshiro merasa teralu nyaman dengan keadaannya.
“Oogushi-kun, tidakkah kamu terlalu lengket dengan Gin-san?” tanya Gintoki di salah satu waktunya menjalankan hukuman. Kebetulan, dia memilih menjalankan hukuman membersihkan gym.
“Sudah berapa kali kukatakan? Namaku bukan Oogushi-kun!” Toshiro membuang nafas, menatap lurus ke depan, “Memang aku selengket apa denganmu? Kurasa ini biasa saja,” begitulah jawabannya. Tapi, Toshiro sadar, dia tidak pernah seedekat dan selengket ini dengan orang lain. Bahkan, dengan Kondo Isao—senpai yang ia kagumi.
Gintoki menatapnya ragu, mulutnya terbuka hendak berkata, namun segera kembali menutupnya. Dia menggelengkan kepala, tersenyum maklum. Huh, tidak peka dengan perasaan sendiri.
---
04-03-2022
---
Lama tak jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandal
FanfictionHijigin School!AU Hijikata Toshiro, seorang wakil ketua OSIS yang terlalu taat pada aturan. Tegasnya ampun-ampunan, deh, tidak salah banyak yang panggil doi Iblis. Punya tingkat popularitas melebihi selebriti. Setiap dia lewat, pasti selalu ada yang...