03

77 14 1
                                    

“Kudengar-dengar, Hijikata-han sedang dekat dengan seseorang, ya?”

“Katanya, sih, begitu. Aku juga jarang melihatnya berlarian di koridor mengejar pembuat onar,”

“Gosip, sih. Katanya, Hijikata-han sedang gemar-gemarnya berduaan sama berandal setengah niat itu,”

“Bahaya, nih. Jangan-jangan, Hijikata-han dibikin jadi homo sama si berandal itu,”

“Walah-walah, gabisa dibiarin ini, mah. Kita ajak musyawarah si Berandal,”

“Gaperlu musyawarah! Langsung labrak aja,”

“Eh, kita coba beresin dengan cara kekeluargaan dulu saja!”

“Gabisa, pokoknya langsung labrak!”

“Terserah, deh. Aku ngikut saja,”

Tiga siswi yang terbilang cantik itu terus berceloteh, tidak sedikitpun sadar ada seseorang yang mendengar ketiganya, He? Ada yang mau labrak Gin-san, nih?

Dia terkekeh, “amatir,”

---

Gintama © Sorachi Hideaki

Hijikata Toshiro x Sakata Gintoki

Berandal by aoicchane

Chapter 3 : Dasar, Gosip!

---

Seperti yang bisa para siswa SMA Gintama lihat, melihat dua orang yang punya rumor tidak akan pernah akrab sedang jalan beriringan di kantin sekolah, pastilah membuat gempar dan pastinya mengundang beberapa gosip tidak betul lainnya. Melihat Sang Waketos yang dihormati seluruh Siswa sedang membelikan susu si Berandal paling dijauhi di sekolah, sungguh, makin bikin histeris, khususnya para siswi. Melihat rona pipi dan aliran cair berwarna merah pekat dari lubang hidung, pastinya bukan hal wajar yang memenuhi otak mereka. Ada sesuatu yang tidak beres.

“Ano, apa kalian sedang berpacaran?”
Akhirnya, salah satu siswi yang berkondisi serupa dengan yang lainnya mengutarakan tanya, membuahi tatapan bingung pada dua adam yang sedang ditanyainya.

“Pacaran? Siapa dan siapa?” tanya si Waketos, keringat dingin membasuhi seluruh wajah tampannya. Dia ketar-ketir melirik si perak di sampingnya, asyik menyedot susu strawberry yang baru ia beli. Jangan-jangan aku dan orang bodoh ini.

“Kalian berdua, tentu saja,” sahut si penanya.

“Ah, tidak. Kamu salah paham,” Potong Gintoki, dia berhenti menyedot, berganti menunjuk Toshiro dengan telunjuknya, “Belakangan ini, dia selalu caper padaku. Menyuruhku rajin belajar, bahkan menghukumku hingga Gin-san nyeri pinggang dan berbau pesing. Dia bahkan selalu mengataiku dan tidak memperbolehkanku tidur di ranjang sebelum dia puas menghukum dan menyiksaku,”

Toshiro memelototinya. Yha, yang dia ucapkan memang kejujuran, tapi kenapa terdengar ambigu di telinganya. “Itu salahmu yang terlalu sering tidur saat masih ada kewajiban yang harus kau lakukan. Rasanya ingin kupatahkan saja kakimu supaya tidak lari dariku atau tugasmu, jadi aku tidak perlu susah-susah menghukummu!” protesnya tak kalah ambigu.

Gintoki berkacak pinggang, dia menghadap Toshiro sepenuhnya, bahkan menarik kerah seragamnya, “Kamu harusnya minta maaf pada Gin-san. Gara-gara tadi, Gin-san jadi susah jalan. Bokong Gin-san masih sakit sekali. Harusnya kamu pelan-pelan saja saat melakukannya di kamar mandi tadi!” sebenarnya, Gintoki sempat lari dari hukumannya, jadi Toshiro mendorongnya hingga jatuh terduduk di lantai toilet.

BerandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang