Cerita 1

3 2 0
                                    

Kata anak IPA, Matahari itu pusatnya Tata Surya. Tapi kalau kata ku, kamu pusat perhatianku -Sang Raja Buaya
______________

Menjelang petang, langit tampak berwarna orange. Biasanya banyak anak muda yang menanti pemandangan ini untuk bergalau ria, terutama para anak indie.

Minum secangkir kopi ditemani sebatang rokok, memikirkan banyak hal ataupun hanya menikmati pergantian shift antara matahari dan bulan.

"Bro! Tuh cewek lo nungguin." Kata Yudha sambil melempar sebotol Lee mineral pada Kelvin yang duduk dihadapannyanya.

"Cewek lo ganti lagi Vin?" tanya Jeffery dengan tampang plonga-plongo saat melihat perempuan yang ditunjuk Yudha bukanlah Ika yang dia tahu merupakan pacar Kelvin, bahkan baru dua hari yang lalu sahabatnya itu mengenalkan Ika pada mereka.

"Biasa aja kali muka lo! Ika udah gue putusin kemarin, terus si Sasa nembak gue, ya udah gue terima dong." Jawab Kelvin dengan santainya.

Kelvin melambaikan tangan pada perempuan yang berdiri didekat kursi penonton, meminta Sasa menghampirinya.

"Gila lo Vin!" Haekal terbengong melihat raut bahagia Sasa yang hanya karena dipanggil oleh Kelvin. Memang benar kalau pesona 'Raja Buaya' ini tidak bisa terkalahkan.

Kelvin, Yudha, Jeffery, Haekal, Herda, dan Theo. Mereka adalah perkumpulan mahasiswa playboy dari Fakultas Teknik, Universitas Dewantara, Jogjakarta.

Dari mereka berenam hanya Herda yang tidak terhitung playboy, meski dia juga idaman para mahasiswi di kampus tapi Herda tetap menatap lurus hanya pada Andini, pacarnya.

"Gue duluan deh kasian pacar gue. Eh Her langsung balik lo awas aja lo berani jalan sama cewek lain!" kata Kelvin sambil merangkul Sasa, yang dirangkul menerima dengan senang hati meskipun Kelvin penuh dengan keringat karena baru selesai bermain basket dengan teman-temannya.

Kelvin juga memperingatkan Herda yang merupakan sahabat sekaligus pacar adik sepupunya.

Herda pacar Andini dan Andini adalah adik sepupu kesayangan Kelvin. Inilah yang membuat Herda dan Kelvin lebih dekat daripada dengan teman lainnya.

"Gue bukan lo!!" jawab Herda dengan begitu singkat ditambah lirikan yang tajam, membuat semua teman-temannya tertawa.

Disaat yang sama, di Ibu Kota yang selalu ramai ini apalagi saat sore hari seperti ini, jalanan akan sangat padat dipenuhi dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Ajeng, Andini dan Faiya sedang berjalan menyusuri halaman Monas yang terlihat ramai. Mereka masing-masing menenteng botol tuperware berisi air putih.

"Eh, lo pada mau ikut gue main ke Jogja gak? Katanya dulu pengen ikut." Tanya Andini saat mereka menunggu taksi online yang sudah mereka pesan.

"Kita ke Jogja pake sepeda gimana? Seru banget deh pasti." Baru menyelesaikan kalimatnya, Ajeng sudah mendapatkan toyoran dari sisi kanan kirinya, karena dia berdiri diantara kedua sahabatnya itu.

"Lo kalo ngomong suka banget bikin emosi ya Jeng!" kata Faiya. Tampang Faiya yang kesal membuat Ajeng bergeser sedikit menjauhi Faiya, karena jika Faiya yang tomboi ini sudah kesal bisa-bisa Ajeng akan meluncur sampai planet Mars karena ditendang Faiya.

"Please deh gue nanya serius tau!" kata Andini sambil mencubit kedua pipi chubby milik Ajeng. Membuat si pemilik pipi mengaduh meminta ampun, "Ampunnn Din! Sakit tahu.".

"Gue ikut ya Din, suntuk juga gue libur dua minggu cuma ngeliatin jalanan macet Jakarta." Kata Faiya sambil mengayunkan tangannya saat melihat plat nomor sebuah mobil yang sesuai dengan plat nomor dalam aplikasi.

Jogja BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang