Cerita 2

1 1 0
                                    

Kamu Google? Kok semua yang aku cari ada di kamu -askjajsjsjsjz
________

Hari pertama libur semester ini akan memberikan cerita baru bagi Ajeng, bagaimana tidak baru akan berangkat saja sudah memberi cerita yang melelahkan.

Dia bersama Faiya dan Adini hampir saja ketinggalan pesawat karena Mas Dendy yang merupakan sepupu Ajeng telat bangun sampai mereka harus kebut-kebutan dijalan. Membuat jantung mereka seakan melorot sampai ke lambung.

Dan sekarang ini mereka sedang menunggu sepupu Andini yang akan menjemput mereka dibandara Adisutjipto.


“Eh lo berdua sadar gak sih kalau kita dilihat terus sama bule yang duduk di kursi tunggu sebelah itu?” tanya Ajeng yang membuat Andini refleks menengok, celingukan mencari bule yang dimaksut oleh Ajeng.

“Jangan langsung nengok bego!” bisik Ajeng sambil mencubit pelan lengan Andini, merutuki sikap sahabatnya yang terlampau polos itu.

Sedangkan Faiya yang memang tidak setolol Andini memilih curi-curi pandang ke arah bule itu, lalu dengan seenak jidatnya berkata, “Mungkin dia minat jadiin lo Sugar baby kali Jeng.”

“Anjir mulut lo minta gue tampol?!” jawab Ajeng dengan kesal. Andini sendiri sudah cekikikan menahan tawa nya mendengar celetukan Faiya.

Tidak salah jika Faiya berkata seperti itu, karena memang penampilan Ajeng hari ini lebih mirip seperti seorang bocah SMP.

Dengan rok selutut berwarna kuning kunyit dipadukan dengan kaos putih gading yang memberikan kesan simple pada dirinya.

Sebenarnya yang membuatnya mirip bocah adalah postur tubuhnya yang mungil, tinggi badan sekitar 156 cm dan berat badan 40 kg, akan sangat terlihat kecil saat bersanding dengan bule itu.

“Tapi ya Jeng kayanya lo tu cocok deh jadi Sugar baby. Cari om-om bule yang tajir terus lo porotin nanti hasilnya bagi sama kita berdua.” Kata Andini yang semakin ngelantur. Bahkan saking ngelanturnya perkataan Andini sampai membuat Faiya tidak kuat menahan lagi tawanya.

“Enak di lo, mampus di gue! Tega lo berdua ngejual gue ke om-om.” Kata Ajeng dengan kesal tapi tetap berbisik karena sekarang mereka sedang menjadi pusat perhatian karena suara tawa Faiya dan Andini.

“Permisi Neng Dini!” sapa Mang Ujang dengan ramah.

Kedatangan Mang Ujang yang merupakan sopir dikeluarga Andini ini membuat mereka menghentikan tawanya.
“Mamang disuruh Eyang Kakung buat jemput Neng Dini, karena Bang Kelvin gak bisa jemput.” Kata Mang Ujang dengan sopan.

Mang Ujang membantu membawakan koper milik Ajeng dan Faiya ke mobil yang sudah terparkir tepat didepan pintu keluar bandara.

Dalam perjalanan menuju rumah Eyang nya Andini, Ajeng dan Faiya tidak berhenti menanyakan nama-nama tempat yang mereka lewati sepanjang perjalanan.
Bahkan Andini kuwalahan menjawab pertanyaan mereka, beruntung sekali jarak rumah Eyang dari bandara tidak terlalu jauh.

“Akhirnya kita sampai juga. Kenapa badan gue rasanya capek banget ya, padahal cuma terbang satu jam doang.” Keluh Andini saat turun dari mobil dan berjalan dipekarangan yang luas.

“Din, rumah Eyang lo luas banget. Udah gitu asri, banyak tanamannya, gue jadi pingin punya rumah kaya gini deh.” Kata Ajeng saat melihat sebuah rumah mewah ditengah pekaran luas disekitarnya, halaman depannya saja mungkin seluas lapangan sepak bola.
Di halaman tersebut ditumbuhi pohon-pohon Tabebuya yang rindang dan tersebar merata diseluruh halaman.

Jogja BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang