Cerita 4

1 1 0
                                    

Tau gak kenapa donat tengahnya bolong?
Ya kalau utuh, itu cuma cintaku padamu -Jeff Santoso
_____________

Terik matahari tepat menyorot diatas kepala siapa saja yang berada tepat dibawahnya.

Betapa bahagianya jika di siang yang panas ini bisa bersilaturrahmi dengan dinginnya es krim yang meleleh lembut saat masuk ke mulut.

Ya seperti itu lah yang sedang dirasakan tiga sebestei ini.

Menikmati semangkuk es krim di bawah pohon yang rindang di halaman belakang kedai es krim. Ditambah dengan sensasi geli saat puluhan ikan mengerubungi kaki mereka dikolam ikan yang sengaja dibuat.

Kedai es krim yang mengusung tema eropa klasik untuk desain interior dan tema go green untuk desain eksteriornya sehingga cocok untuk dijadikan tempat berkumpul untuk keluarga-keluarga kecil.

Dengan halaman yang cukup luas dan di tumbuhi rumput jepang sebagai karpet hijau dan beberapa permainan anak-anak seperti ayunan dan perosotan.

"Wahh, ternyata ponakan kesayangan Tante dateng ya. Aduh cantiknya, udah besar sekarang!"

Seorang perempuan dewasa berumur kisaran empat puluhan memecah kekhidmatan diantara mereka.

Tanpa aba-aba, Andini, Ajeng dan Faiya serempak menoleh. Ditambah cengiran khas Andini yang menunjukkan cekungan di kedua pipinya, menyambut perempuan itu.

"Aaaaaaa, Tante Erin!!! Dini kangen banget!"
Mereka bertiga meletakkan es krim di meja didepan mereka lalu menghampiri perempuan yang dipanggil Dini dengan sebutan Tante Erin itu.

Setelah Dini mengurai pelukannya, Ajeng dan Faiya bergantian menyalimi Tante Erin.

"Ini temen-temen Dini, Tan. Ajeng sama Faiya."

"Haloo. Kalian kalau kurang nambah aja ya, cobain semua es krimnya Tante, gak usah malu-malu." Kata Tante Erin yang membuat Ajeng dan Faiya kegirangan.

Setelah Tante Erin masuk ke dalam kedai, mereka bertiga kembali ke posisi masing-masing.

"Eh Twante lo tantik bwanget Din. Kwaya nya awet muda bwanget dwah!" ujar Ajeng dengan mulut yang penuh dengan es krim.

"Lo kalo ngomong yang bener kampret, abisin dulu tuh!" Faiya menggetok tangan Ajeng karena kesal mendengar suara Ajeng yang kurang jelas.

"Ya maklumlah Fai, gue kan ngetik aja hobi typo, gimana ngomong, ya harus typo jugalah." Jawab Ajeng dengan sombong setelah menghabiskan es krim dimulutnya. Dasar, typo doang disombongin.

"Lo berdua sadar gak kalo Tante Erin sama Bang Kelvin mirip?" tanya Andini sambil tersenyum simpul.

"Eh iya juga ya, mirip mereka. Emak sama anak ya?" tebak Faiya yang diangguki Andini.

Sedangkan Ajeng masih diam mengawang, dan dengan tampang polosnya dia mengangguk-angguk, "Iya ih mirip!"

"Telat anjir!!" teriak Andini dan Faiya bersamaan. Dasar Ajeng, lemotnya suka kumat, bikin dua bestei nya kesal saja.

"Ya biasa aja dong." balas Ajeng sewot.

"Eh nyanyi kuy!" celetuk Andini saat teringat kedai ini memiliki panggung kecil yang letaknya ada di dalam kedai dengan dilengkapi dua gitar dan piano.

Terkadang beberapa pengunjung sering menyumbang lagu terutama anak-anak muda seumuran mereka. Juga Kelvin dan beberapa teman-temannya rutin bernyanyi di kedai ini, paling tidak tiga kali dalam seminggu.

Sebenarnya tujuan mereka bernyanyi dikedai ini bukan untuk membantu meramaikan kedai, melainkan untuk menunjukan bakat mereka yang sudah mengakar sejak dalam kandungan yaitu menebar pesona buaya kepada para pengunjung perempuan yang datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jogja BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang