Cerita 3

0 0 0
                                    

Kenapa minyak namanya Bimoli?
Karena kalau be my only itu kamu 💋 -Bang Yudha
__________

Seluruh orang rumah sudah tidak kaget jika rumah ini tiba-tiba berisik saat ada Andini disini. Sudah ada Andini, ada Kelvin. Bisa dipastikan rumah Eyang tidak akan tenang seperti biasanya.

"Karma instan sayang." Kata Andini memeletkan lidah melewati Kelvin begitu saja.

"Woi Dek! Bener-bener ya lo, adek gak ada akhlak lo!" Kelvin menyandarkan punggungnya ke pintu.

Lehernya agak kecenglak karena mencium lantai dengan penuh suka cita.

Andini menarik Faiya lalu berlari menuruni tangga meninggalkan Abang sepupunya yang masih mencak-mencak.

Sedangkan Ajeng menyeret kakinya pelan, berniat melarikan diri. Namun Kelvin menyentak dengan lirikn tajam. "Heh, mau kemana lo? Sini tanggung jawab dulu, obatin punggung gue!"

Ajeng hanya meringis, memamerkan deretan gigi putihnya. Dengan sekuat tenaga dia membantu Kelvin untuk berdiri dan memapahnya ke tempat tidur Andini.

Tiba-tiba Kelvin mengangkat kaos nya yang memperlihatkan punggungnya yang tercetak cap telapak tangan Ajeng. Seketika Ajeng memejamkan mata, antara malu karena tiba-tiba laki-laki didepannya menyingkap kaosnya juga karena cap telapak tangannya yang sempurna.

"Obatin buruan! Udah perih ini!" kata Kelvin.

"I-iya Mas, saya ambilin kompresan dulu ke bawah." Ajeng berniat kabur dengan dalih mengambil kompresan didapur.

Tapi belum juga keluar kamar, Andini muncul membawakan baskom berisi air es dan handuk kecil.

"Taraaa, silahkan dikompres Mbak Ajeng." Kata Andini dan Faiya cekikikan.

Sedangkan Ajeng sudah bersungut karena rencana kaburnya gagal.

Dengan berat hati Ajeng mengompres punggung Kelvin dengan hati-hati. Sedangkan Kelvin diam-diam tersenyum senang, sengaja menundukan kepala agar Andini dan Faiya tidak melihat senyumnya.

"Bang jangan kesenengan lo diobatin temen gue! Meskipun rada lemot dia udah punya pacar!" ucap Andini yang tidak sengaja melihat senyum Kelvin.

"Brisik lo Dek! Baru juga mau gue modusin."

Mendengar ucapan Kelvin barusan, dengan sengaja Ajeng mentotolkan handuk dengan agak keras, membuat Kelvin berteriak karena perih. Andini dan Faiya pun tertawa puas, karena bagi Andini, kesengsaran sepupunya satu ini adalah kebahagian untuknya.

Setelah berbagai drama kesengsaraan bagi Kelvin, akhirnya dia bisa merebahkan badannya dengan posisi tengkurap setelah Ajeng mengoleskan salep disekitar cap telapak tangannya.

"Dasar cupu lo Bang! Sory ya Jeng, Abang gue udah burik, nyusahin lagi." Kata Andini menghampiri Ajeng dengan jahil menarik sehelai bulu kaki Abangnya.

"Anjingg!!"

Andini langsung berlari menarik kedua temannya kabur dari amukan dugong laut yang baru saja ia ganggu.

"Dasar bangsat!" desisnya.

Andini membawa Ajeng dan Faiya kabur ke halaman belakang. "Untung lagi sekarat Abang gue jadi gak ngejar kita deh." Katanya terengah-engah.

Mereka duduk di sebuah kursi ayunan, "Gila lo, kasihan tau tu cowok, punggungnya ampe merah gara-gara gue geplak." Kata Ajeng meraup oksigen disekitarnya.

Berlari dari kamar atas sampai halaman belakang serasa berlari memutari Monas tanpa istirahat, benar-benar melelahkan.

"Ya lo pake tenaga dalam sih, untung gak sampai bolong punggungnya." Ujar Andini membuat Faiya ngakak, melihat Ajeng yang menunjukan muda datarnya.

Jogja BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang