Alberu - Jesse

363 51 3
                                    

Minum Teh

(Alberu Sequel)

Kehidupan menjadi lebih baik kala Alberu menemukan Jesse tengah berkacak pinggang, menunggunya pada hari yang dingin tepat pada pintu masuk. Pemuda yang kini mematung pada pintu masuk hanya bisa tertawa canggung sebelum mengeluarkan suara, meminta Jesse untuk menggeser sedikit tubuhnya agar ia dapat masuk.

"Ada yang aneh disini."

Netra violet indah menatap penuh selidik kala menangkap garis senyum yang sedikit pudar pada wajah yang lebih muda, Jesse sedikit penasaran. Alberu bukan sosok yang suka pulang terlambat tanpa alasan yang jelas, dia tentu memilih untuk memberikan kabar melalui pesan singkat atau menghubungi secara langsung, alasan agar tidak satu orang pun khawatir.

Jesse menemukan bagaimana Alberu yang menginjakan kaki pada bagian dalam rumah yang hangat mulai bersenandung secara acak, tidak ada lagu yang jelas namun senandungnya terdengar indah dan asing.

Kepala pirang itu berpikir keras. Dia mencari sesuatu dalam pikirnya untuk menggambarkan situasi yang terjadi, "Kamu sedang jatuh cinta?"

Bruk!

Hantaman keras terdengar, Alberu tidak dapat mempertahankan keseimbangan bersama dengan kaki meja yang tanpa rasa bersalah menyandungnya. Jesse meringis pelan melihat sang adik yang kini mendapat tabrakan kecil pada lantai keramik yang dingin, itu pasti sakit pikirnya.

"Ada apa denganmu? Apakah kamu anak berumur lima tahun yang tidak bisa berjalan dengan benar?"

Jesse bertanya dengan wajah yang khawatir, tentu saja adiknya tidak terlihat buruk meski jatuh dengan memalukan.

"Meja ini menyandungku, hyung." Yang masih berada dilantai menyuarakan keluhnya pada kaki meja tidak bersalah.

Jesse memutar bola matanya mendengar jawaban Alberu. Tentu tidak ada satu orang yang menyangka bahwa sosok yang terlihat seperti matahari itu berucap dengan nada rajuk pada kakaknya bukan.

Alberu yang mereka tahu adalah sosok dewasa yang bersinar bukan anak ceroboh yang penuh akan nada merajuk seperti saat ini.

Pemuda yang lebih tua menarik kursi, mendudukan diri sebelum mulai menumpah teh dari teko berwarna putih pada cangkir kosong.

"Kemarilah," dia berujar pelan sembari mengisyaratkan Alberu untuk duduk pada salah satu kursi yang tersedia.

Menurut. Alberu mendapati dirinya duduk pada kursi yang berseberangan dengan Jesse. Aroma kue kering dan teh menyapa lembut pada indra penciumannya, sang kakak tentu tidak akan membiarkan dua aroma itu menghilang dari rumah mereka.

"Makanlah, aku tahu kepalamu pusing setelah mendapatkan banyak kuis hari ini."

Benar-benar contoh dari kakak yang baik, Jesse benar-benar tahu semua jadwal dan keseharian milik Alberu. Yang lebih muda terkekeh pelan, dia mulai meraih salah satu kue kering berbentuk pohon yang tersaji dengan cantik.

"Ini masih panas. Kupikir kamu harus membuka toko kue sendiri hyung, kamu memiliki bakat untuk itu."

Alberu merujuk pada kue kering dalam genggamnya dimana terasa enak dan tidak terlalu manis, begitu pas pada indra pengecapnya.

"Bukankah Hyunjae-hyung menawarimu untuk menjadi produsen kue kering pada toko roti miliknya?" Ingat bahwa sang sepupu tinggi pernah memberi penawaran yang menggiurkan, Alberu mengerutkan kening ketika menangkap bahu terangkat tanpa peduli oleh Jesse.

"Entahlah, itu akan merepotkan. Aku hanya melakukan ini untuk kepuasan pribadi."

Kepala yang lebih muda menggeleng singkat mendengar jawaban yang lebih tua. Tentu dia tahu benar bahwa Jesse bukan tipe orang dengan rasa semangat yang tinggi, dia cenderung bermalas-malas sembari bercinta pada empuknya kasur.

SelaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang