Sumbangnya London

83 15 41
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Lingkungan Beomgyu tidak pernah terasa lengkap sejak terpisah dari pujaannya. Menabung rindu meski kesibukan melanda hampir setiap hari.

Kemudian di akhir rasa lelah, mereka menyempatkan diri untuk saling mengobrol lewat telepon. Mengatakan beribu kerinduan dan sejuta rasa sayang.

Mereka bertahan dalam keadaan seperti ini sekian bulan—hampir setahun. Terpaut jarak, berbeda waktu. Senja warna biru, malam kelabu, putih dan dingin.

Namun kini, Jiyeon menapakkan kaki di London pada musim panas. Bersikeras ingin melihat konser amal Beomgyu, meski harus sendirian saat terbang kemari. Tidak apa apa, demi yang terkasih.

"London terasa begitu asing."

Suara lembutnya terdengar di tengah ramai. Maniknya berbinar antusias meneliti gedung di kanan dan kiri jalan. Tangan kanannya menggenggam erat agar tidak tertinggal, sedang tangan kirinya sibuk membenahi rambut yang tertiup angin.

Beomgyu tertawa kecil, mengusapkan ibu jari pada punggung tangan si gadis sambil berbisik, "London cantik, ya?"

"Iya."

"Hari ini London lebih cantik dari biasanya. Sepertinya dia tau kamu datang, jadi dia merias diri."

Jiyeon mendengus, mencubit pelan perut Beomgyu yang terbahak. Tanpa peduli kalau London memang sedang iri dengan mereka berdua.

Menjelajah di sekitar penginapan, menjajal makanan manis di pertokoan, sampai memasuki toko oleh oleh untuk berbelanja.

Maklum, Jiyeon di London hanya empat hari. Maka dengan waktu singkat, Beomgyu tidak mau melewatkan impian impiannya selama gadis itu di sini.

Impian sederhana; menjelajahi manisnya London.

"Kapan konser amalmu?" tanya Jiyeon, melepas topi dari kepala Beomgyu kemudian meletakkannya di tempat semula.

Jemari mereka kembali bertaut, berjalan menuju rak berikutnya diselingi jawaban Beomgyu, "Besok. Kita masih punya banyak waktu."

"Tapi ini sudah sore. Tidak mau istirahat agar besok tidak kelelahan?"

"Kamu mengkhawatirkan aku?"

"Apa seharusnya aku menguras tenagamu?"

Beomgyu terkekeh, "Jangan khawatir. Aku mau mengisi ulang dayaku sebelum besok latihan dari pagi."

"Mengisi ulang daya bagaimana?"

"Ini." Beomgyu mengangkat genggaman tangan mereka dengan bangga, seakan memamerkan pada semesta kalau dia menemukan sumber energinya.

London sepertinya harus bersabar empat hari ini, menampung romansa anak muda yang tidak sungkan mengumbar kemanisan. Hati hati, takutnya mengundang semut.

Senja Warna Biru [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang