i'm back

8.2K 739 90
                                    

Episode ini sudah pernah aku publish di akun chamomilattely jadi kalau udah pernah baca, jangan spoiler ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Episode ini sudah pernah aku publish di akun chamomilattely jadi kalau udah pernah baca, jangan spoiler ❤️

Episode ini sudah pernah aku publish di akun chamomilattely jadi kalau udah pernah baca, jangan spoiler ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dua bulan lamanya, akhirnya aku kembali menginjakkan kakiku di tempat ini. Melangkah dengan pasti, mengabaikan kerikil-kerikil kecil di bawah sepatuku, bahkan tidak memedulikan rerumputan kering yang ujungnya kerap kali menusuk ringan kulit betisku.

Aku hanya merindukannya. Sangat rindu.

Aku menarik napas dalam-dalam, berharap dapat meredakan sesak yang kian menekan dada. Aku ingin segera meluapkan semuanya. Meluapkan kerinduan yang sangat membuncah hingga air mata tak dapat mengalir lagi karena sudah terlampau kering.

"Lisa! Pelan-pelan!"

Ah, itu suara Park Jimin—sahabatku. Aku menoleh padanya. Ia terlihat kelelahan dengan napas yang tersengal. Sepertinya aku memacu langkah terlalu cepat, ya? Tapi tak apa. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Benar-benar tidak sabar.

Aku mendongak, melemparkan pandangan pada jalan menanjak di mana kami berada saat ini. Omong-omong, tempat ini memanglah sebuah bukit kecil. Kami sudah berjanji akan bertemu di tempat ini, setidaknya untuk satu atau dua bulan sekali.

Aku menajamkan penglihatanku pada puncaknya--mengulas lengkungan bibir terbaikku, membayangkan betapa ia akan menyambut kedatangan kami dengan senyuman lucunya yang sangat menggemaskan.

"Aku sangat merindukannya, Jim." Pada akhirnya aku memutuskan untuk melangkah berdampingan dengan Jimin, menoleh ke arahnya yang kini hanya memasang sekelumit senyum tipis di bibir.

Hembusan angin di sore hari ini menampar lembut permukaan kulit kami, dan menerbangkan beberapa helai surai kami dalam satu waktu yang bersamaan. Kami hanya terus melangkah, menapaki jalan setapak yang perlahan mengikis jarak.

Hingga akhirnya kami sampai pada sebuah gundukan tanah setinggi lutut, dengan sebuah batu yang tertancap—bertuliskan; Rest In Peace, Ahn Jungkook.

Aku tersenyum manis. Aku tahu Jungkook pun tersenyum dan memberikan sambutan terbaiknya pada kami—sebuah senyuman lucu yang selalu ia berikan dengan eyecrinkle gemas sampai mata bulatnya itu menyipit kecil.

Aku meletakkan sebuket bunga lily putih, kemudian mengusap nisannya yang berdebu. Sekelebat bayangan tiba-tiba terputar di dalam kepalaku. Tentang matanya yang memerah—menatapku sendu, tentang tangannya yang berusaha menggapaiku, juga tentang kalimat terakhir yang terucap dari bibirnya.

'L-lice ... k-kau, mengapa k-kau melakukannya?'

Saat itu aku tersenyum senang, membelai kepalanya dengan penuh kasih, 'Kita akan segera bersama, sayang..'

Namun saat itu tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan presensi Jimin dengan ekspresi super panik, lengkap dengan mata yang membelalak lebar-lebar. Ah, lagi-lagi pemuda menyebalkan itu memisahkan kita, Jung ...

Tapi tidak apa-apa. Kita akan segera bertemu. Secepatnya.

'Apa yang terjadi?' Jimin berseru panik, mendapati tubuh Jungkook yang sudah tidak berdaya dengan mulut yang berbusa. Asal kalian tahu saja, aku sangat benci dengan sikap Jimin yang sangat berlebihan seperti itu.

'A-aku tidak tahu. Aku baru saja datang.' balasku dengan dua bulir air mata yang terpaksa ditumpahkan. Bukankah kemampuan aktingku sungguh memukau, huh?

Jungkook, bersabarlah sebentar lagi, hm? Aku akan segera datang padamu.

Jimin mengacak rambutnya--terlihat sangat frustrasi, lalu tergesa-gesa menghubungi nomor rumah sakit. Haha, terima saja perpisahanmu, Jim! Aku hanya meminjamkan Jungkook sebagai kekasihmu. Sekarang waktunya sudah habis. Jungkook hanya milikku. Kepunyaanku. Walaupun Jungkook selalu bilang bahwa ia hanya mencintaimu, tapi tidak apa-apa. Aku dan Jungkook akan saling mencintai di surga nanti. Kami akan menjadi pasangan yang membuat para malaikat iri karena keserasian kami. Lihat saja nanti.

Namun sekarang sudah saatnya aku menemui Jungkook. Ia pasti sudah sangat lama menunggu kehadiranku.

Kini aku mengeluarkan sebuah pistol dari saku jaketku, dan mengarahkannya tepat di sisi kepalaku. Aku masih dapat melihat dengan jelas saat Jimin membelalakkan matanya tatkala menatapku dengan penuh keterkejutan.

"Lisa! Apa yang kau—"

DOR!!

Ah, ternyata rasanya lumayan sakit, ya. Tapi tidak apa-apa. Semuanya akan segera terbayarkan. Aku akan segera bertemu dengan belahan jiwaku.

Ahn Jungkook ... aku datang...

[END]

[END]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebelum di akun chamomilattely , cerita ini sudah pernah aku publish tahun 2018. Tapi sayangnya waktu itu aku tarik :")

 Tapi sayangnya waktu itu aku tarik :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
blithesome | lizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang