side

6.6K 1.1K 168
                                    

⚠️Cerita ini pernah aku publikasikan pada tahun 2017, dan sekarang aku publish ulang dengan banyak perubahan⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Cerita ini pernah aku publikasikan pada tahun 2017, dan sekarang aku publish ulang dengan banyak perubahan⚠

⚠️Cerita ini pernah aku publikasikan pada tahun 2017, dan sekarang aku publish ulang dengan banyak perubahan⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyaris semua orang tahu bagaimana dingin dan angkuhnya sosok CEO Ahn Jungkook. Para karyawannya diam-diam kerap kali menyebut bos mereka tersebut dengan julukan 'Iblis Berdarah Beku' karena memang kepribadiannya yang hampir menyerupai setan; menyebalkan, gemar marah-marah, dan selalu memerintah seenaknya.

Lim Jake selaku sekertaris adalah salah satu sasaran empuk yang akan terpapar kemarahan Jungkook untuk pertama kali ketika pemuda Ahn tersebut didera kekesalan. Entah sudah berapa banyak dokumen beserta kertas-kertas yang Jungkook lemparkan ke wajah Jake apabila si bos menemukan secuil saja kesalahan kecil.

Kalau bukan karena Jake menerima gaji berkali-kali lipat lebih besar daripada jumlah yang pernah ditawarkan oleh perusahaan lain, rasanya ia sudah pasti menyerah dan memilih untuk mengundurkan diri dari lingkaran setan itu.

Lagipula, sejujurnya Jungkook tidak sepenuhnya buruk, kok. Dari presentase seratus persen, setidaknya Jake masih menemukan lima persen kebaikan Jungkook. Contohnya saat bos besarnya tersebut menanggung seluruh biaya rumah sakit ibu Jake sampai sembuh total. Jake merasa berhutang budi pada Jungkook. Ia juga berniat untuk segera menikahi kekasihnya, yang tentunya masih membutuhkan banyak biaya. Belum lagi untuk tabungan masa depan mereka. Jadi mau tak mau, Jake tetap harus bertahan di kantor ini.

Jake juga cukup merasa kasihan, sih. Tidak pernah ada sekertaris yang bertahan lama di sisi Jungkook. Rata-rata keluar sebelum kontrak kerja mereka berakhir. Tidak kuat mental dan hati. Lebih memilih untuk membayar biaya pinalti dari pada harus berada di sisi Jungkook yang pemarah dan arogan itu lebih lama lagi.

Tapi Nona Lalisa Hwang pernah berkata, sebenarnya masih ada beberapa bagian dalam diri Jungkook yang jarang sekali ditunjukkan kepada banyak orang, selain kepada orang-orang terdekatnya. Tentu saja wanita itu tahu. Jake juga cukup terkesan karena masih ada wanita yang mampu bertahan untuk menjalin hubungan dengan laki-laki seperti Jungkook. Atau mungkin memang benar, ada beberapa sisi dalam diri Jungkook yang tidak diketahui oleh banyak orang, sementara Lisa pasti sudah tahu dan dapat memahaminya dengan baik.

Seperti saat ini, misalnya.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, namun ponsel milik Lisa berdering nyaring berkali-kali. Gadis tersebut terbangun pada panggilan ke empat. Ada nama 'Koo' yang terpampang di layarnya.

"Hmm ... ada apa, sayang?" Lisa masih berjuang untuk membuka mata sepenuhnya karena memang, melawan kantuk itu sungguh sangat berat untuk dilakukan.

"Babe ... tubuhku demam lagi ..." Terdengar suara rengekan serak dari seberang sana. Siapa lagi? Lisa hanya memiliki satu pacar. Jadi tentu saja itu adalah Ahn Jungkook.

Gadis Hwang tersebut lalu mendudukkan diri perlahan, menyandarkan punggung letihnya pada kepala ranjang. "Tidak apa-apa, kok. Nanti pasti normal kembali. Kau 'kan sedang cacar. "

"Iya, Babe ... tapi kali ini panAAASSSSSSS sekali. Seperti panci yang baru diangkat dari kompor yang menyala."

"Itu wajar, sayang. Yang penting obatnya sudah diminum, ya? Demamnya pasti turun ..."

"Bintik-bintiknya juga bertambah banyak, Babe, huhuhu aku tidak tahan lagi ... seperti mau pingsan saja rasanya ..." Jungkook semakin merengek manja seperti anak-anak.

Sementara di sini, Lisa berusaha untuk menenangkan sebisanya, "Kalau begitu, biar aku hubungi Dokter Son, ya? Nanti--"

"TIDAK MAU. INGINNYA DIRIMU SAJA. KE SINI, YA? SEKARANG. INGIN DIPUK-PUK DAN DICIUM SUPAYA BISA TIDUR NYENYAK."

Lisa terpejam sejenak, menarik dan menghembuskan napas secara perlahan untuk meredakan kedongkolan di hatinya. Ia lantas berbicara tenang, "J ... tapi kau bukan bayi la--"

"LisaAaAaAAAAAAA~" suara Jungkook diayunkan lebih manja. "Ke sini, ya? Ya? Kalau aku mati, nanti kau pasti sedih. Tidak ada lagi pacar yang setampan aku."

Inilah yang Lisa maksud dari 'sisi yang berbeda'. Tentu para karyawan tidak akan tahu betapa manja dan kekanak-kanakannya bos mereka yang terkenal galak dan arogan ini. Yah, scene itu bahkan hanya sebagian kecil saja. Masih banyak lagi bagian dalam diri Jungkook yang sengaja tidak di-buka kepada khalayak umum, mengingat ia adalah pribadi yang tertutup dan lebih nyaman dengan hanya menunjukkan sebagian kecil dirinya saja pada orang lain.

Lisa lantas bangkit dari posisinya seraya menggulung rambut panjangnya menjadi satu buntalan cantik. Ia melangkah menuju lemari dengan membawa serta ponsel mahalnya. "Ya, baiklah. Aku akan datang. Tapi tidak ada puk-puk dan cium, ya?"

"AH, WAEEEEEEEEEEEEEE?"

"Kau sedang sakit cacar, sayang. Nanti aku tertular."

"Kalau begitu kau pakai APD saja. Jadi--"

"AHN JUNGKOOK!!!"

"Iya, iya, ampunnnnnnn." Lisa bisa membayangkan bagaimana Jungkook yang tengah mempoutkan bibir di seberang sana. Pemuda itu lalu melanjutkan, "Tapi janji, ya? Harus datang sekarang. Jangan lama-lama. Aku rindu sekali. Kalau aku sampai pingsan karena rindu, nanti susah untuk diobati. Harus disembuhkan pakai peluk dan cium banyak-banyak ..."

Lisa menghembuskan napas panjang lagi dan lagi. Bisa dibilang, ia adalah satu-satunya gadis yang bisa menaklukan sosok seperti Jungkook selain Ayah dan Ibunya sendiri.

Hah ... mau bagaimana lagi?

Lisa cinta sekali, sih ...

[END]

[END]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
blithesome | lizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang