Slurp slurp~
'Ugh, siapa?'
Slurp slurp~
'Oh astaga, siapa?!'
Slurp slurp~
'SIAPA SIH!'
Mata itu terbuka. Memperlihatkan kedua netra Violet cantik dan memancarkan sinarnya. Gadis yang terganggu oleh makhluk yang selalu menjilati wajahnya, melirik ke sampingnya. Gadis itu terkejut, terdiam tidak berkutik, tak bisa berucap maupun bergerak. Terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Aaa, aa, aa," racaunya sembari menunjuk makhluk yang duduk di depan sang gadis. Sedangkan si makhluk yang membuat sang gadis terdiam, hanya memiringkan ketiga kepalanya(?)
Sc: pinterest
"Miaaw."
"AAAAAAAAAAAA." Erangan si makhluk membuat sang gadis mengira jika makhluk itu akan menerkamnya, si gadis melindungi dirinya dengan mempersilangkan tangannya di atas kepala. Hingga akhirnya ia merasakan jika tidak terjadi apa-apa pada dirinya, si gadis menurunkan tangannya sembari mengintip.
Seekor kucing hitam yang dikelilingi kabut. Netra sang kucing begitu menyeramkan, begitupun dengan ketiga kepalanya. Bahkan siapapun dapat menebak, bahwa makhluk ini terlihat berbahaya. Tetapi, apa yang didapatkan? Si makhluk kecil dengan tiga kepala itu hanya menjilati salah satu kakinya, sedangkan dua kepala lainnya hanya menatap sang gadis dengan keterdiamannya.
Kucing itu berangsur untuk mendekati si gadis. Hal itu membuat sang gadis mundur pun dengan perlahan, "meong." Si kucing maju, dan sang gadis akan mundur. Begitupun selalu hingga punggung sang gadis membentur sebuah batu yang membuat ia terkunci. Ketakutan menghampiri si gadis membuatnya menutupi matanya dengan erat.
Berbeda dengan makhluk kecil—kucing yang sudah berada di dekatnya hanya mengeluskan dirinya dari salah satu kaki si gadis. Menunjukkan keinginannya untuk bermain. Gadis itu perlahan mengintip dan membuka ke dua matanya yang tertutup, ia mulai mengurangi kadar ketakutannya. Hingga sang adis mulai mencoba untuk mengelus telinga si kucing dengan kedua tangannya. Sedangkan satu kepala yang tidak ia elus, hanya menjilati tangan kirinya dari samping.
"Lucunya..." Ujarnya, tidak sadar bahwa berapa detik yang lalu ia terlihat seperti seekor mangsa yang akan diterkam kapan saja.
Eusannya berhenti dikala ia mulai melihat sekelilingnya yang lebat dengan kabut dan perpohonan. Dahinya mengernyit, merasa asing dengan tempat yang ia singgah. Ia juga menyadari bahwa tangannya terlihat berbeda. Tangannya lebih mungil dan juga kotor.
"Ini... Ini...?" Kedua bola mata itu bergetar, meragukan dengan kemampuan kedua matanya. Bertanya-tanya di dalam hati, mencoba mengurangi rasa khawatir, walau hasilnya sia-sia dan tidak berarti. Tangannya membantu dia untuk berdiri, memutar tubuhnya dengan perlahan, berharap bahwa ini hanyalah imajinasi yang akan segera pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Villainess? Nevermind! I Am Too Lazy!
RomanceMenjadi antagonist cerita? Astaga. Bagaimana ini? Apakah kita harus berjuang seperti cerita lainnya, mengubah nasib karakter dan mendapatkan simpati semua orang? Atau berpura-pura tidak tertarik kepada keluarga hingga akhirnya menarik perhatian mer...