02

60 6 1
                                    

Bima galaksi menunjukkan sinarnya, tak kala bumi terguncang dengan langkahnya, sayap indahnya menjulang dari ufuk timur hingga barat terpasang dengan indah sebagaimana mestinya. Surga tunduk kepada mereka, neraka menjauhkan diri dari radiusnya. Zirah besi emasnya yang lebih murni dari segala emas di dunia, membuktikan merekalah sang penguasa. Dua belas takhta di istana abadi, terpampang di antara kedua belah kubu, surga maupun neraka. Mereka menyebutnya Dewa, Tuhan, penguasa dunia, atau pencipta alam semesta.

Mereka sang abadi, mereka sang akhir, dan mereka adalah makhluk awal sebelum manusia dilahirkan berjuta-juta abad yang lalu. Takdir maupun kematian tidak pernah mengikat kepada mereka, karena merekalah takdir dan kematian itu sendiri. Alam memantaskan dirinya untuk dilalui, langkah mereka menghidupkan tumbuhan yang mati, menumbuhkan rasa pilu untuk mereka para pengkhianat yang tidak tahu diri. Duduknya mereka disinggasana abadinya, takhta mereka menyambut dengan kebahagiaan, dan sepucuk cinta yang tak ada habisnya. Takhta mereka abadi, dan tak bisa diganti, bahkan sampai bima galaksi mati dan berakhir.

"Sudah dimulai?" Lirih --penuh tekanan-- satu dari mereka. Dua belas pemegang takhta itu saling menatap, "bukankah ini terlalu cepat?" Lanjutnya dengan suara angkuh dan berat yang dapat merusak gendang telinga para pendosa di luar sana.

"Kita tidak bisa menunggu terlalu lama."

Mereka terdiam. Teringat dengan satu dosa yang paling disesali, dosa yang merujuk kepada akhir dunia, serta akhir bagi mereka. Rahasia yang tersimpan rapat, rahasia yang tak pernah didengar oleh makhluk manapun. Rahasia yang hanya akan membawa malapetaka bagi galaksi dan seisinya.

"Ini semua salahmu!" Emosi keluar tanpa izin, menunjuk kepada raja yang duduk di tengah singgasananya. Amarah sang sayap kematian, serta penguasa perang--tidak, dialah perang itu sendiri, mengangkat pedangnya setinggi langit--menyentuh atap langit ketujuh. Netra merah delimanya memancarkan kebencian yang tiada batas. Tak bisa dipungkiri, rasa benci, dengki yang terpusat kepada satu orang. Tak ada yang bisa menahan atau mengendalikannya, lagipula, siapa yang berani mengangkat pedangnya kepada Dewa perang itu sendiri?

Ah, satu orang. Tentunya yang mulia dari kesejahteraan, rival abadi sang perang dan kebijaksanaan.

Ares, memegang sayap kiri neraka--karena dia menjadi salah satu dewa yang selalu mengirimkan nyawa makhluk ke depan gerbang neraka. Perang yang lahir dengan sendirinya, dialah satu-satunya orang yang akan tertawa disaat orang menumpahkan darah dan nyawanya untuk merebut suatu takhta, menguasai harta, demi ketamak kan semata. Karena dialah penyebab perang itu sendiri, dialah yang melahirkan perang, dan menyulut makhluk untuk mengangkat pedang mereka hingga mati.

"Turunkan pedangmu, Ares." Athena--satu-satunya rival Ares menghela nafasnya berat, helaan nafas membuat kemenangan pada kebijaksanaan. Helaan nafasnya, membawa kesejahteraan yang tidak pernah bisa dihilangkan. Ares menggerakkan giginya kepada Athena, menatapnya dengan tajam, "Jangan mengatur diriku, Athena!"

"Kau sendiri paling tahu, dan setuju, bahwa Zeus lah penyebabnya!" Lanjutnya.

Matanya mendelik kepada Athena, lalu kembali melancarkan api amarahnya kepada Zeus, sang ayah serta rajanya. "Aku berusah payah melakukan tugasku untuk menyeimbangkan alam semesta, menjadi jembatan dari makhluk lemah dan menjijikkan seperti mereka. Dan apa kau tahu itu? Hah! Tentu saja kau tak pernah tahu, Zeus."

"Karena yang kau lakukan hanya menebarkan benih dan kekacauan bagi alam semesta!"

Sulut emosi Zeus terpancing mendengar ucapan Ares. Awan bergemuruh, menggelap dengan kegelapan itu sendiri. Petir mulai mengembara dari seluruh penjuru--menuju satu titik, amarah sang pemilik tidak bisa ditampung dan dipendam. Kematian bukanlah cara terbaik menghindari kemarahan sang penguasa. Kematian adalah cara terburuk yang pernah ada, dan memberikan kesakitan tanpa berhenti. Petir itu saling menjatuhkan diri ke seluruh wilayah Olympus, negeri para dewa dan dewi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Become The Villainess? Nevermind! I Am Too Lazy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang