September

1 0 0
                                    

Sudah bulan September, tetapi hujan
belum juga turun. Kira-kira semesta
kenapa, ya? Senang sekali membuat
kita menunggu, menanti-nanti, dan
mengira-ngira.

Soalnya aneh. Ini cuacanya yang
terlalu kemarau, atau sedang peralihan menuju penghujan makanya aku bisa sakit? Bukan, aku bukan menyalahkan semesta karena tubuhku yang sedang tidak baik. Hanya saja, kata kebanyakan orang begitu. Akupun sebenarnya tidak menyetujuinya juga, karena aku menganggap ini adalah
murni kesalahanku.

Kesalahanku yang makan pada jam yang tidak tepat. Kesalahanku yang terlalu sibuk kesana-kemari, mencari yang harus ditemukan, bahkan memikirkan hal yang sebenarnya tidak

perlu dipikirkan. Banyak kerumitan
yang ada di kepala, dan terkadang aku
bingung harus menyelesaikan bagian yang mana terlebih dulu. Kesalahanku yang mengerjakan tugas-tugas hingga terlalu larut malam hingga pagi menjelang.

Ah, kalau kamu membacanya pasti kamu kesal karena jam tidurku yang berantakan. Iya, maaf, aku memang tidak berani bilang dan mengaku terang-terangan. Takut dimarahi, takut ditanya macam-macam. Aku ingat sekali waktu itu kamu bilang seperti ini lewat pesan singkat ketika aku mengadu kemarin malam tidak bisa cepat tidur.

"Kamu itu tidurnya jangan terlalu malam. Sudah dibilangin kok masih aja nekat. Sekarang jadwalnya kelas pagi, jadi ngantuk, kan?"

Aku membacanya sembari
senyum-senyum sendiri. Lucu melihatmu ternyata begitu peduli, walaupun sebenarnya aku tahu kamu hampir saja menumpahkan amarah. Tetapi tak masalah, sebab kamu akan memaklumi dan memaafkannya.

Kemudian aku balas dengan singkat.
Jawaban yang sekiranya akan menenangkanmu.

"Iya, ngantuk. Nanti aku coba perbaiki jam tidurku."

Bagian setelahnya, tidak perlu dituliskan. Biar menjadi rahasia kita. Walaupun sebenarnya sungguh terdengar aneh menyebutkan kata 'kita' ditengah hubungan yang tidak ada apa-apanya.

Dan kini, bersamaan dengan suhu
tubuh yang tinggi, aku tiba di fase
menunggu. Aku menuliskannya sambil meminum teh hangat yang tadinya ingin aku buat tidak manis, tetapi malah terlalu manis. Sembari menunggu kabarmu yang tak kunjung tiba. Menunggu dering telepon dengan namamu yang tertera disana. Menunggu ajakan keluar rumah hanya untuk mencari penjual susu jahe yang katanya sangat langka di komplek rumahmu.

Menunggu apapun, bersamamu.
Oh iya, aku lupa bertanya satu hal
ini. Jika kamu sedang sakit, apa yang
paling menyembuhkanmu? Obat dari
dokter, makan makanan kesukaanmu,
tidur, teh hangat, atau apa? Tidak
apa-apa, aku hanya ingin tahu.

Barangkali kesukaan kita sama. Ah,
biar aku koreksi. Barangkali kesukaan
kita kebetulan sama.
Baik-baik saja, bukan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang