1. Berpisah

26 6 0
                                    

** Happy Reading **

" Akhirnya dia menerima lamaranku, " ucapnya tenang sambil memeluk tubuhku yang polos tanpa apapun dibawah selimut ini.

" Selamat ya, akhirnya penantianmu tidak sia-sia selama ini, " tersenyum memeluknya. Tersenyum pahit mengingat bahwa saat ini kita, maksudku cinta satu pihak yang kurasakan selama ini harus berakhir dengannya sesuai dengan perjanjian itu.

" Aku harap kamu bisa datang ke acara pertunanganku, aku akan selalu menggangapmu sebagai sahabat ku "

" Tentu saja aku akan datang, apa sih yang engga buat kamu, sepertinya aku harus pergi sekarang " melepas pelukan dan berjalan mengambil pakaian.

" Semoga harimu menyenangkan! "

" Ya kamu juga, "

Segera bergegas keluar ruangan menuruni tangga, kupandangi seluruh tempat penuh kenangan indah yang tidak akan kulihat lagi.

" Selamat pagi nyonya, ini suratnya mohon di tanda tangani, " yang menghentikan langkahku sebelum keluar pintu.

Kuraih kertas tersebut dan langsung kutandatangani tanpa melihat isinya. Akhirnya benar-benar berakhir, setelah 15 tahun bersama dan 2 tahun menikah tidak dapat menumbuhkan apapun di dalam hatinya. Sahabat? Ya hanya sekedar itu aku dimatanya. Setelah semua yang kulakukan, ahh sudahlah mungkin ini memang takdirku. Cinta memang tidak bisa dipaksakan.

" Sudah ya, kalau begitu aku akan pergi. Tolong kirimkan barangku ke Apartment di alamat ini, karena aku tidak akan kembali lagi," kuserahkan surat itu sambil tersenyum. Kulangkahkan kaki keluar menuju kendaraan yang sudah menemaniku selama beberapa tahun ini.

***

Akhirnya kembali ke tempat ini lagi, kupandangi gedung tinggi yang sudah lama tidak kusinggahi selama 2 tahun ini. Bergegas memasuki lift dan menuju tempat ini, hadiah pernikahan yang diberikan olehnya. Kubuka pintu yang menggunakan kode tanggal pernikahan kami, sebaiknya langsung kuganti saja. Ya dimulai dari yang mengingatkan ku padanya harus diubah mulai saat ini.

Memasuki ruangan yang tetap bersih meski tidak kutinggali, pasti dia menyuruh seseorang untuk membersihkan tempat ini. Ya seperhatian itu dia namun dalam hatinya aku hanya di anggap "Sahabat" entah apakah dia tidak menyadari perasaanku atau apapun aku tidak mengerti.

Menuju kamar utama, kurebahkan tubuh ini diatas kasur besar di ruangan ini. Kupandangi dinding langit ruangan, terlintas saat pertemuan pertama kami. Saat dia baru pindah ke sebelah rumahku. Aku disuruh mengantarkan kue buatan mommy untuknya, ralat untuk keluarganya sebagai hadiah penyambutan tetangga. Saat itu aku langsung jatuh cinta pada senyumannya saat menerima kue dari tanganku. Seandainya saja bukan aku yang mengantarkannya, mungkin kisah cintaku akan lebih baik dari ini.

Kutepuk wajahku dengan kedua tangan untuk menghilangkan bayangan itu, bukankah aku ingin menghapus perasaan ini? Bagaimana bisa terhapus setiap kali selalu teringat dan membayangkan dia. Kuraih handphone dan mencari kontak seseorang, ah kenapa tangan ini terbiasa mencari kontaknya terlebih dahulu. Kuhapus dan kucari kontak "My Bestie" segera kulakukan panggilan dan langsung tersabung setelah dering kelima.

" Nek " ucapku singkat.

" Kenapa la, tumben telpon sok misterius gitu. Biasa langsung nyerocos "

" Bisa dateng ga ke Apart? "

" Loh, kok di Apart ga dirumah? Berarti lo udah.. "

" Udah deh, buruan kesini ajak si Hannah ya! Di tunggu ya! " potongku dan langsung mematikan sambungan.

BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang