Sakit (Pt. 2)

1.2K 163 40
                                    

Akibat terlalu banyak bekerja, tubuh sang Ayah drop. Bagaimana kamu merawatnya? Apakah lebih baik daripada sang Ayah yang merawatmu di kala sakit?

 Bagaimana kamu merawatnya? Apakah lebih baik daripada sang Ayah yang merawatmu di kala sakit?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa!"
Karena panik, tanpa sadar kamu mendobrak pintu kamar sang Ayah yang jelas tak dikunci. Kamu melihat Ayahmu terbaring tak berdaya di sana dengan seorang dokter pribadi keluarga Raynvindr.

"Nona muda, tolong jangan bar-bar!"
Terlihat sang Ayah dengan wajah pasrah menatapmu dari atas ranjangnya. Menghiraukan sang dokter pribadi, kamu melangkah cepat ke arah sang Ayah.

"Papa! Jangan mati dulu! Papa belum ngisi surat wasiat!"

"Nak, untuk kesekian kalinya Papa bilang, jangan mau kalau diajak ngobrol Kaeya."
Lirih sang Ayah yang hampir mirip gumaman. Tak berniat membalas ucapannya, kamu hanya menampilkan deretan gigimu.

"Papa, cepet sehat, ya."

Rasanya Diluc sedang bernostalgia di masa kecilmu. Yang masih sama seperti sekarang, sama-sama berisik.

"Boss!""Bagaimana kondisi anda, boss?""Anda butuh sesuatu, boss?"Pertanyaan penuh rasa khawatir terlontar pada sang Ayah yang terbaring tak berdaya di atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boss!"
"Bagaimana kondisi anda, boss?"
"Anda butuh sesuatu, boss?"
Pertanyaan penuh rasa khawatir terlontar pada sang Ayah yang terbaring tak berdaya di atas ranjang.

"Tuan-tuan, jangan banyak BACOT! Apa matamu buta hingga tidak dapat melihat kondisi boss besar?"
Sepertinya emosi sang dokter pribadi sudah mencapai batasnya. Yah, tapi memang sifatnya begitu selama menjadi dokter pribadi kalian.

"Apakah anda baik-baik saja, boss?"
Sang kaki tangan Childe mendekat pada ranjangnya agar dapat melihat jelas kondisi sang boss besar.

"Matamu buta, paman? Jelas banget ayahku sedang sekarat di sana."

"Maaf, nona muda. Saya terlalu khawatir pada boss besar."

"Paman pikir, aku nggak khawatir?"

"[Name] sayang―"

"Ah―"

"Tentu saja enggak. Surat wasiatnya, kan sudah atas namaku."

Gagal terharu Childe. Padahal dia ingin merekam kata-katamu tadi sebagai kenangan.

BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang