Untuk terpesona sama kamu, aku hanya butuh tiga puluh detik pelototan dari kamu.
Yang entah kenapa, begitu indah.
~☆ ~
Pagi menyambut hari ini. Pagi yang malangnya selalu disumpah serapahi, menyambut Embu. Matahari pun menampakan panas sinar cahayanya. Bunyi alarm juga terdengar nyaring dari ponsel milik Embu.
Remaja itu menggeram kesal. Kenapa, minggu berjalan begitu cepat? Senin hari yang menyebalkan, serapahnya.
Matanya terbuka secara tiba-tiba, mendudukan diri di atas kasur. Dan mematikan alarm nyaring itu. Dia terdiam dalam duduknya di atas kasur, dengan air liur yang menempel pada pipinya. Pikirnya, "belom ngapa-ngapain aja udah bosen, gini amat hidup jadi orang kaya."
Embu beranjak dari tempat tidurnya, kamar mandi jadi tujuannya. Tak perlu mandi, Embu hanya butuh sikat gigi dan cuci muka untuk mengikuti zoom sekolahnya hari ini.
Sepertinya tujuannya untuk mengikuti zoom pagi ini, ia urungkan. Karena ia malas. Dan merasa kasihan, jika ada siswi yang pingsan karena ketampanannya pagi ini.
Embu berjalan pelan untuk mengambil coklat yang ada pada kulkas mini miliknya. Ia gigit coklat itu, dan hanya memakan coklatnya. Untuk kacangnya, ia pisahkan karna tidak menyukai itu.
Embu asik di atas tempat tidurnya dengan mulut yang sibuk memisahkan coklat dengan kacang almond. Pikirnya, "kaga ada yang bermanfaat apa? Bosen banget!"
Embu mengambil tisu dan melepehkan belasan kacang almond yang ia pisahkan, lalu ia buang. Dan mengambil ponselnya, lalu mengetik sesuatu untuk tweetnya. Ia tekan gambar pemandangan indahnya Burj Khalifa dan ia beri kutipan; 'Bosen, ah. Setiap jalan-jalan ke sini mulu😕.'
Embu tersenyum kecil melihat balasan temannya, 'nangis gue, nangis😭.' Sel otaknya bekerja bahwa temannya ini terlihat iri. Solusi terbaik agar temannya tak perlu merasa begitu, Embu membalas kutipan itu. 'Cuma gitu doang padahal. Gak ada yang menakjubkan.'
Embu benar-benar bosan dengan segala sesuatu yang ada di sini. Pikirannya menyuruhnya untuk menanyakan sesuatu yang mungkin bermanfaat. Ia ketik, 'bosen banget cuma main di rumah, ada saran tempat yang enak, ga?'
Embu menghela nafas sebentar karna melihat balasan dari temannya. 'Lo bosen ngapain?😭, lo punya lapangan golf sendiri, ada timezone sendiri. Ada banyaklah. Apa yang lo bosenin?😭' bukan, bukan balasan itu yang ia ingin baca. Bukan juga ini, 'di got, Bu. Enak dah, biar lo rasain main ama hama.' Oke, Embu masih waras untuk tidak berfikir bahwa bermain di selokan, adalah hal yang menarik.
Embu tersenyum lantaran melihat balasan dari temannya yang lain. Nami membalas, 'pasar senen aje. Lo jualin dah baju-baju lo. Jual aja cepe. Laku pasti.' Embu membalas, 'oh iya, juga ya. Gue jual aja tuh baju bekas gue, ntar gue dapat 100rb. Lumayan buat jajan.'
Haru, membalas dengan kutipan betapa putus asanya dia dengan perbincangan ini 'duit dari nyokao bokap. Gak cukup?😭😭 ya, Tuhan. Baju lo seharga hidup Kipo. Mau lo jual cepe.'
Kipo tak terima jika namanya disebut. Walaupun benar adanya, bahkan lebih. Mungkin. 'Haru, lo anjing banget. Yaa, walaupun bener. Tapi lo anjing.'
Gapip membalas kutipan dari semua yang ia lihat. 'Kata gue, lo semua gila. Bu, gue beli tiga. Tapi boleh nego ya, gocap aja. Ststst.'
Embu tak memperdulikan temannya yang keberatan akan hal ini. Saran dari Nami terdengar gila. Ya, ia tahu jelas. Tapi percayalah, kalau baju yang ia kenakan sudah tak pantas untuk dipakai. Sudah sepuluh kali pemakaian, bukankah sudah harus dibuang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan Penyelesaian ✔ | nomin
FanfictionKisah anak kaya raya yang merasa bosan dengan kegiatan sehari-harinya. Niat awalnya hanya meminta saran pada temannya. Tapi, saran yang diberikan sedikit ... gila? Namun ia menyukai keajaiban di dalamnya. Berawalan dari pasar Senen. Start : 15 Des...