Nandu menghembuskan nafasnya kasar. Ini masih pagi buta, tapi neneknya sudah berisik sekali. Perkara Asep, ayamnya yang menyelinap masuk ke dalam rumah Jena, tetangganya. Dan berujung bertengkar dengan Johan, ayah Jena. Padahal semua jelas salah Asep. Entah apa, yang mempengaruhi nenek, hingga segitunya.
"Nan, kamu tuh, ya. Kalau pagi bangun, absen, zoom, kerjain tugas mu. Ini enggak, tidurrrrrrr mulu. Kamu gak pegel tiduran mulu? Nenek yang ngeliat aja, ngerasa pegel," Neneknya berbicara dengan Asep, ayamnya, di pangkuannya.
"Nek, jaman sekarang orang ngerjain tugas bisa sambil tiduran, nek. Zoom, gak zoom, juga aku naik kelas, nek. Kan swasta, hehe."
"Nan, kalau nenek masih muda. Kamu nenek banting loh. Mentang-mentang bunda dan ayahmu, ninggalin uang miliyaran, kamu jadi seenaknya. Ikut zoom, SEKARANG!! Nenek males banget kalau gurumu ngewhatsapp. Bacot banget. Nenek dengernya eneg, Nan!"
Nandu tertawa kencang. Menurutnya, neneknya cukup sembrono. "Nek, tapi aku beneran, deh. Biar dikata, aku gak pernah ikut zoom, tugas selalu ku kerjain. Tepat waktu kadang-kadang, telat juga kadang-kadang. Tapi kebanyakan tepat waktu. Kalau telat, itu biasanya tugas dari zoom gitu," Nandu berbicara sembari mengambil sup krim buatan neneknya.
"Oke-oke, nenek percaya. Tapi loh, Nan, Kamu 'kan bisa tanya ke temenmu soal tugas. Jadi bisa tepat waktu semua," Nenek berbicara sembari mengelus pelan kepala Asep, ayamnya.
"Nek, kaya gak tau aku aja. Aku mana bisa bergaul. Orang-orang tuh, serem nek. Tapi, ya udahlah ya. Toh, aku juga peringkat pertama mulu. Bersyukur, nek." Nandu mungkin berbicara dengan nada yang santai. Tapi, hatinya mengeluh dongkol, enak sekali Asep dielus-elus seperti itu.
"Serem apaan. Kamu kalo sama nenek berani, masa sama orang asing takut,'
"Nek, bukan takut. Cuma takut!" Huh, bagaimana cara untuk menjelaskan inu pada neneknya?
"Ngomong apasih kamu, Nan. Ya udahlah, pokoknya hari ini kamu harus ikut zoom. Soalnya nenek males, kalau diajakin gibah sama mommy-mommy yang ngeluh anaknya males. Kek, ngapain banget, gak gaoll! Kamu juga jangan ngomong mulu, makan itu sup krimnya. Abisin loh, Nan. Karna nenek buatnya sambil mengenang kisah nenek dengan kakek, yang penuh cinta. Nanti jam delapan, kamu makan lagi ya! Biar gemuk, nenek mau perawatan dulu. Byee cucuku!"
Nandu tersenyum kecut. Dari tadi dia juga ingin menghabiskan sup krimnya, tapi neneknya terus mengajaknya untuk berbicara. Juga, makan jam 8? Ini saja jam 07.30, apa neneknya tidak punya hal suruh-menyuruh selain makan?
Nandu habiskan sup krim buatan neneknya, hingga tetes terakhir. Seperti mengikuti zoom, bukan pekerjaan yang sulit. Dan perlu diingatkan, bahwa di kelas 10 Ips 1, dialah yang paling pintar.
Ia buka laptop miliknya. Dan mengikuti zoom. Nandu sungguh-sungguh mendengarkan guru yang berbicara. Tapi perasaannya, mulai tidak enak.
"Untuk zoom pagi ini akan berakhir dalam dua puluh menit. Jadi, ibu mohon untuk buka kamera kalian, biar ibu foto dan kirim sebagai bukti belajar kita pagi ini. Segera dibuka, ya, anak-anak!"
Tepat sekali. Nandu benar-benar malas sekarang. "Argh, nenek mahhhhhhh."
"Ayo, Itu Nadiru, Haruya, Malvin, Gapip, Nami. Tolong dibuka kameranya. Eh, itu juga, Bausa tolong dibuka, ya, kameranya!"
Secara yang bersamaan. Embu, Haru, Kipo, Gapip, Nami dan Nandu. Membuka kamera miliknya.
Tiga detik sejak membuka kamera, semua tampak biasa saja. Namun secara tiba-tiba, tampilan zoom menampakan Nandu dan Embu secara berhadapan. Embu dari sana yang tersenyum bangga, seakan mengatakan, "kita jodoh, Nan." Dan Nandu yang mematung. Jantungnya berpacu cepat dan batinnya berseru, "nenekkkk, AMPUNN!"
![](https://img.wattpad.com/cover/294802379-288-k482722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan Penyelesaian ✔ | nomin
FanfictionKisah anak kaya raya yang merasa bosan dengan kegiatan sehari-harinya. Niat awalnya hanya meminta saran pada temannya. Tapi, saran yang diberikan sedikit ... gila? Namun ia menyukai keajaiban di dalamnya. Berawalan dari pasar Senen. Start : 15 Des...