Chapter Empat

44 7 2
                                    

Hai:)
Happy Reading💚

 
"Kai tadi mamah lo bilang gue boleh panggil dia 'mamah'!"

"Kai, hari ini lo dijemput mamah ya? gue ikut boleh?"

"Kai aku gak suka sama teman kamu!"

"KAI TOLONG!"

Keinka terbangun, keringat dingin membanjiri seluruh pelipisnya. Nafasnya terdengar tak beraturan dengan wajah pucat pasi. Ia mengusap mukanya kasar lalu melihat sekeliling, jam sudah menunjukkan pukul 18:25.

Keinka ingat setelah pergi dari warung pinggir jalan, Rey mengajak Keinka dan Silva main dirumah laki-laki itu. Dan setelahnya dia pulang diantar Rey menggunakan mobilnya, lalu ia ketiduran di perjalanan.

"Huh...rileks kein rileks." Ucapnya pada dirinya sendiri. Mencoba menenangkan dan menepis bayangan seseorang dari mimpi tadi.

Ting.

Baru saja akan beranjak dari tempat tidurnya, suara notifikasi terdengar. Ia melihat layar Handphone nya menyala, dan menampilkan sebuah pesan dari seseorang.

+62 813xxxxxxxx

Sekarang!.

Keinka hanya membacanya, ia bangun dan bergegas ke kamar mandi.

•••


Tidak ada bintang untuk menghiasi langit malam. Yang ada hanya langit yang gelap dengan sesekali cahaya kecil muncul dibarengi dengan suara yang menggelegar.

Gerimis kecil masih setia menemani jalanan yang sepi, genangan air terlihat diantara jalan yang berlubang.

"Ck! Susah banget dihubungin, lagi pada ngapain sih!" Seorang cowok berjalan menyusuri jalan yang sepi itu. Sebelah tangannya memegang sebuah ponsel, sementara sebelahnya lagi ia gunakan untuk melindunginya dari tetesan air diatas kepala.

"Anjing!." Umpatnya, merasa kesal pada seseorang yang sedang ia hubungi, tapi panggilan nya tidak dijawab.

Cowok itu  mengernyit ketika melihat tali sepatunya terlepas. Memasukan ponselnya kesaku celananya, ia hendak berjongkok untuk membenarkan tali sepatunya ketika sebuah batu berukuran kecil mengenai pelipisnya.

Ia melirik sekitarnya lalu menggedikan bahunya saat melihat tidak ada siapapun. Ia hendak kembali berjongkok, namun sebuah tinju lebih dulu menghantam wajahnya. Tubuhnya limbung hingga akhirnya ia terjatuh ke tanah becek.
Kaos serta celananya kotor terkena lumpur.

Sial! Umpatnya.

Tepat didepan mukanya, kaki yang dibaluti sepatu hitam itu menapak. Cowok itu mengangkat kepalanya ia melihat orang yang tadi menyerang nya berdiri dengan angkuh. Sebuah helm menutupi wajah membuatnya tak bisa dikenali. Tubuhnya tinggi tak terlalu besar, namun pukulan yang ia rasakan tadi tidak main-main.

Cowok itu refleks berguling ketika melihat kaki orang yang menyerangnya tadi terangkat hendak menginjak kepalanya.

"Anjing! Lo siapa hah?" Tanyanya ketika berhasil menjaga jarak dari orang yang jelas-jelas sedang mengincarnya. Mungkin jika tidak ada helm yang menutupi orang itu, cowok itu akan melihat senyuman miring orang yang menyerangnya.

Ketika melihat gedikan bahu serta gestur cuek orang yang menyerangnya, membuat cowok itu berdecak kesal.

"Siapa!?"

Dengan langkah lebar orang itu mendekati sicowok dengan tangan terkepal siap untuk memukul kembali. Cowok itu berlari hendak menghindari namun karena jalan yang licin membuatnya hampir jatuh, bersamaan dengan itu sebuah pukulan kembali mengenai wajahnya. Dan membuat cowok itu jatuh ke kubangan air kotor.

Cowok itu meringis memegangi pipinya, dirinya sadar dia tidak akan bisa menang untuk melawan orang itu, karena ia tak terbiasa adu fisik. Sekarang ini yang ada dipikiran cowok itu hanya 'bagaimana caranya untuk melarikan diri'.

Hey! Dirinya bukan pengecut, tapi dikeadaan seperti ini nyawanya lebih berharga, maka dari itu melarikan diri lah yang sangat tepat untuk sekarang ini.

Baru dua langkah ia berlari, tubuhnya kembali terjatuh karena orang itu menendang kepalanya hingga terdengar bunyi kretek! dari lehernya.

"Akhh" cowok itu menjerit sambil memegangi lehernya yang terasa sangat sakit.

Bugh!.

Tubuhnya ditendang hingga terlempar beberapa meter. Erangan keluar dari cowok itu karena tendangan itu kerasnya bukan main-main.

"Gue salah apa?." Tanya cowok itu lirih. Kini ia tidak bisa lari lagi karena punggungnya diinjak dan ditekan dengan kuat oleh orang itu.

Yang ditanya hanya menggeleng, dibalik helm orang misterius itu hanya memandang datar pada cowok dibawahnya. Sebelum kemudian orang itu kembali memberikan pukulan bertubi-tubi pada cowok dibawahnya. Cowok itu pasrah saat tubuhnya dipukuli karena ia benar-benar tidak bisa bergerak lagi.

Dengan pandangan buram, ia melihat akhirnya orang itu melenggang pergi, sedetik kemudian cowok itu pingsan.

•••

Sementara itu si pelaku penyerangan terlihat menghampiri seorang perempuan yang dari awal menonton kejadian itu.

"Gimana? Bereskan?" Tanya perempuan itu.

Orang yang ditanya itu mengangguk sebagai jawabannya. Lalu si perempuan menyodorkan semuah amplop dan diterima oleh orang misterius itu.

"Thanks ya. Nanti kalo gue butuh bantuan lagi, boleh 'kan hubungin Lo lagi?" Tanyanya.

"Oke," jawab orang itu seraya mengangguk.

Perempuan itu tersenyum, ia menghembuskan nafasnya lega mendengar jawaban dari orang didepannya. "Yaudah kalo gitu gue pergi. Bye!" Katanya.

Setelah perempuan itu menghilang dari pandangan, orang misterius itu ia melihat tangannya yang sedikit memerah.

"Ck! Sakit juga ya ternyata." Gumamnya.

ಡ ͜ ʖ ಡ


Hai, apa kabar yorobun?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya:)

16, Desember 2021.
Pacarnya Jaemin💚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Not Antagonis (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang