Prolog

157 11 3
                                    

HAPPY READING
.
.

"Hei?!"

Anak perempuan berusia 10 tahun itu berlari kecil menaiki anak tangga. Ia berlari mengejar anak laki-laki yang kemungkinan berusia sama sepertinya. Gaun putih panjang yang ia kenakan sungguh membuatnya kerepotan untuk menaiki anak tangga tersebut.

Setelah sampai di ujung tangga atas, anak perempuan itu tersenyum manis kepada calon teman barunya itu. Anak laki-laki itu mengenakan jas hitam yang biasa dikenakan oleh pria pada umumnya saat mendatangi pesta. 'Tampan' itulah kata yang sejak tadi berada di otak anak perempuan itu.

"Aku Clarissa" tangan mungilnya mengarah kepada lawan bicaranya.

"..."

Anak laki-laki itu tidak merespon apa yang dilakukan Clarissa. Dia hanya diam, terlihat sangat dingin. Dia menatap lekat mata anak perempuan itu.

"Apa kau tidak bisa Bahasa Indonesia? Papaku berkata, kau lahir di Indonesia dan pindah ke Korea Selatan" Clarissa berbicara panjang setelah menurunkan kembali tangannya yang tidak mendapatkan feedback yang baik.

"..." tetap diam

"Apa kau bisu? Atau kau tak punya nama? Aku hanya ingin berteman" Clarissa menyilangkan tangannya di depan dada.

"..." untuk ketiga kalinya dia tidak menjawab pertanyaan Clarissa.

"Baiklah kalau kau tidak mau, aku pergi saja" Clarissa mengangkat gaun bawahnya kembali dan mulai menuruni anak tangga dengan berhati-hati.

"Aku Alvaro"

Clarissa menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap calon teman barunya yang berdiri di ujung tangga atas. Tetap dengan mimik yang sama tetapi dengan hanya mengeluarkan suaranya saja sudah membuat senyumnya mengembang lebar di wajahnya.

Saat melangkahkan kaki mungilnya untuk kembali ke ujung atas tangga, Clarissa lupa tidak mengangkat gaun bagian bawahnya yang panjang. Kakinya menginjak gaun tersebut dan membuat badanya kehilangan keseimbangan dan tergelincir dari tangga. Tubuh mungilnya yang berukuran kurang lebih 137cm itu tampak menggelinding dalam hitungan detik. Gaun putih yang dikenakan anak perempuan itu berubah menjadi merah karena darah yang keluar dari kepalanya.

Alvaro terkejut dan tubuhnya membeku melihat kejadian nyata yang sedang terjadi langsung di depan matanya. Dengan cepat dia berlari menghampiri tubuh yang dikelilingi oleh genangan darah itu. Alvaro tercekat saat melihat kedua bola mata yang terbuka mengeluarkan air mata Clarissa.

"S-sakkit... Al..." suara rintihan itu terdengar samar-samar dari Clarissa.

Setelah tersadar dari keterkejutannya, Alvaro segera berlari meminta bantuan kepada orang dewasa yang tengah berpesta di aula vila mewah tersebut.

"Ayah? Bunda? Anak itu jatuh" semua yang tengah menikmati musik yang disetel pun mengalihkan pandangannya kepada Alvaro.

"Apa maksudmu, Sayang?" tanya Xavier kepada anak semata wayangnya setelah menyuruh memberhentikan alunan musik tersebut.

"Anak itu jatuh dari tangga" kalimat itu terdengar jelas di telinga para tamu undangan.

Dengan cepat semuanya berlari menuju tempat yang dimaksud oleh Alvaro. Setelah sampai, semuanya terkejut melihat tubuh Clarissa yang tergeletak di lantai dipenuhi darah.

"CLARISSA?!" suara itu menggema di ruangan kedap suara tersebut. Jesslyn yang tak lain adalah ibu dari anak tersebut dengan cepat berlari menghampiri tubuh anaknya dan memangku kepalanya di paha miliknya. Tak lama kemudian Gibran menyusul dan langsung mengecek detak nadi di leher putrinya tersebut.

"Masih ada, kita bawa ke rumah sakit sekarang!" kalimat suaminya itu sedikit mengurangi rasa khawatir yang sudah berhasil membunuh setengah jiwa Jesslyn.

Dengan cepat Gibran membopong putrinya itu ke mobil yang terparkir di halaman vila. Suara tangisan Jesslyn sukses memenuhi seisi mobil membuat Gibran terburu-buru dalam menyetir.

"Bertahanlah sayang! Mama ada di sini, Mama akan nemenin adek. Jadi adek bertahan yaa! Jangan pergi duluu! Inget abang-abang dedek nungguin dedek di rumah"

Suara bangsal didorong cepat itu terdengar samar-samar di telinga Clarissa. Ia sedikit membuka matanya yang sangat berat itu. Ia melihat Mama dan Papanya juga ikut andil dalam mendorong bangsal yang tengah ia tiduri tersebut.

.
.

TO BE CONTINUED

Jangan lupa vote ya😊

ALVARO NOVALANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang