Chapter VI

27 6 0
                                    

HAPPY READING
.
.


Alvaro baru saja sampai di Cafe milik Adrien yang tampak sepi pengunjung. Setelah sepulang MPLS di sekolahan barunya, ia menyempatkan diri untuk mampir ke Cafe teman barunya tersebut.

Setelah memarkirkan motornya di pelataran Cafe, Alvaro masuk ke teras dan segera duduk di kursi tepat depan meja kasir. "Kopi item satu, Bang!"

"Bret, ada pelanggan!" Teriak Adrien yang tengah sibuk dengan pekerjaannya dengan Mahesa, membenarkan satu motor milik temannya yang tadi pagi ia titipkan di sini untuk diperbaiki.

Seorang laki-laki berbadan kurus dan tinggi sama dengan Adrien pun keluar dari balik pintu dalam Cafe. "Sorry tadi abis dari toilet, mau pesen apa?"

"Kopi item satu" laki-laki yang memakai celemek tampak seperti barista Cafe itu pun mengangguk dan segera membuatkan pesanan pelanggannya.

"Gimana tadi MPLS terakhir lo?" Tanya Adrien yang sedang berjalan ke arah Alvaro dan duduk di sampingnya yang diikuti dengan Mahesa. Mereka berdua ingin istirahat setelah selesai mengerjakan motor temannya itu.

"Ya... kayak biasanya" Alvaro mengeluarkan Handphonenya dari dalam saku celananya.

"Silahkan diminum!" Laki-laki itu meletakkan secangkir kopi hitam pekat di atas meja tepat didepan pemesannya.

"O iya, Bret?! Dia Alvaro temen sekelasnya Clarissa" Ucap Adrien sambil menyedot es teh miliknya yang tinggal setengah.

"Brat-bret, Brat-bret. Lu pikir kentut?" Semuanya sontak terkekeh pelan akan kalimat Gilbert.

"Alvaro" ucap Alvaro sambil mengulurkan tangannya kepada Gilbert dan langsung mendapat sambutan ramah dari lawan bicaranya. "Gilbert"

"Dia temen sekelas gue, Al! Dia sama Mahesa kerja disini bantuin gue" jelas Adrien kepada Alvaro agar tidak kebingungan. Ia pun tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, paham akan maksud Adrien.

Saat tengah berbincang santai, mata Alvaro tidak sengaja menangkap figura foto yang menempel di dinding belakang kasir dekat tulisan lettering. Dalam foto tersebut ada tiga anak kecil, dua laki-laki berwajah mirip dan satu perempuan di antara keduanya.

Sunyum anak perempuan di foto itu teringat jelas dipikiran Alvaro yang selama hampir enam tahun ini menghantuinya.

"Itu Clarissa, Bang?" Alvaro menunjuk figura foto itu.

"Hm" Adrian mengangguk. "Lo tau nggak? Itu foto di ambil sebelum Clarissa kecelakaan jatuh dari tangga di Korsel"

Sontak semuanya mengalihkan pandangannya kepada Adrien, begitu juga dengan Alvaro yang tampak mengerutkan keningnya sedikit bingung lalu semuanya bersamaan menatap foto anak perempuan berambut kepang dua itu.

"Beneran, En?" Tanya Mahesa kemudian.

Adrien menganggukki pertanyan Mahesa. "Waktu itu dia mau pergi ke Korsel ikut Mama, Papa ngerayain ulang tahun bisnis temennya Papa"

"Kok bisa jatuh dari tangga?" Tanya Mahesa lagi.

"Gue nggak tau kejadian persisnya kayak apa. Kejadian itu 6 tahun yang lalu, umur gue 12 tahun. Waktu itu gue lagi ngegame sama Adrian di rumah malem-malem, tiba-tiba sekertaris Papa datang jemput kita berdua katanya Clarissa jatuh dari tangga"

"Terus-terus?" Gilbert tampak Antusias

"Ya kita berdua bingunglah. Pas kita udah nyampe Korsel pagi hari, Clarissa dalam keadaan kritis karena Clarissa ngalamin benturan yang cukup keras dibagian kepalanya. Dan sore harinya dia dinyatain koma sama dokter"

ALVARO NOVALANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang