Apa maksud dari perkataan wanita itu sampai menepuk pelan pipi kirinya secara berulang? Begitulah pertanyaan Gavin yang terngiang di dalam kepalanya. Ia terus menggerakkan badan dan mengeluarkan suara agar menjadi bentuk protes sehingga dirinya bisa terlepas dari jeratan tali yang kuat.Merida dengan jari jemari lentiknya yang semua kukunya dipoles oleh cat berwarna merah terang itu terus membelai wajah sang perampok amatiran. Dari rambut kecoklatan pemuda itu, sampai turun ke lehernya yang mulus, putih bersih tersebut.
Gavin jelas menolehkan kepalanya ke arah lain demi menghindari belaian janda itu yang semakin lama semakin aneh. Bahkan sampai menjambak rambutnya agar kepalanya tidak dapat menoleh ke berbagai arah, memaksa dirinya untuk mendapatkan belaian dari wanita gila yang berperilaku liar itu.
"Jangan berontak!" gertak pelan Merida dengan kalimat yang ditekan itu, masih dengan menjambak rambut Gavin yang perlahan menenangkan dirinya agar tidak terus memberontak yang mana membuat Merida marah dan emosi.
Jadi jemari lentik Merida kembali naik ke atas, menyusuri sekitar mulut dengan sepasang bibir merah menawan dari perampok amatiran tersebut, menarik narik pelan bibir bawah Gavin yang ternyata tidak kalah sensualnya dengan bibir para wanita, termasuk dirinya.
"Bibir kamu disuntik di dokter kecantikan mana? Bisa merah padat begini, hehe." untuk yang pertama kalinya Merida berbicara halus, dengan senyuman yang ternyata membuat wajah cantik judesnya itu terlihat manis untuk kali ini.
Begitulah pemikiran Gavin yang sempat terpana dengan senyuman janda yang baru diketahui namanya Merida setelah memperkenalkan namanya itu. Pikirannya kembali buyar ketika dirinya disangka menyuntik bibirnya alias operasi di dokter kecantikan, mana mungkin? Dia saja untuk makan susah.
Lagi pula, dirinya adalah lelaki tulen dan perawakannya saat ini murni atas buatan Tuhan yang Maha kuasa, ingin sekali ia berbicara dan menjelaskan seperti itu, tetapi sayang mulutnya masih terbungkam oleh alat aneh ini.
"Ehmmpp.... Ehmmpph.. " Gavin mengerang sekejap sambil mengangkat kedua alis hitam tebalnya itu, mulutnya terasa pegal sampai terus menerus mengeluarkan air liur yang mulai membasahi leher dan dadanya tersebut.
"Kenapa? Mau berbicara ya? Apa jaminan kamu agar saya dapat melepas alat pembungkam mulut ini?" tanya Merida masih dengan memainkan jari jemarinya di bibir indah milik Gavin.
Gavin yang mendapat pertanyaan itu pun seketika bingung, kelimpungan untuk mencari jawaban yang tepat. Akhirnya ia mengangguk, memberi isyarat bahwa dirinya telah menemukan jawaban yang diinginkan janda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perampok vs Janda (Femdom)
אקראיGavin, mahasiswa ganteng, macho, putih, yang kesulitan keuangan harus terpaksa merampok sebuah rumah yang dihuni oleh seorang janda dengan kemampuan bela diri dan hasrat liarnya yang luar biasa. Dimana pada akhirnya, ia terjebak ke dalam pelukan wan...