"Zafran jawab gue!" Ucapku kesal.
Bukannya menjawab ia malah membawaku ke tengah lapangan. Setibanya di tengah, teman-temanku yang lain mengikuti kami.
Tangan mereka membawa sesuatu, Ya Tuhan rasanya aku ingin berhenti bernafas sekarang. Aku menutup kedua mataku. Namun Zafran menurunkan dua tanganku dengan lembut.
"You have to see it,"
No!
Gue ngga mau!
Aku membuka mataku perlahan. Aku membaca balon-balon foil yang mereka bawa
Andin, would you be my girlfriend ?
Aku tau saat ini pasti datang, apalagi dengan status pertunanganku yang tidak di ketahui publik.
Aku tau.
Sungguh aku tau, jika Zafran menaruh perasaan lebih padaku.
Aku selalu berpura-pura bodoh dan tidak sadar dengan hal itu, dan selalu menganggap ia menyukai Nadia.
"Ndin," Ia berlutut dengan sebucket bunga di tangannya. Semua orang bersorak memintaku untuk menerimanya. Bagaimana bisa?
Hampir seluruh mahasiswa menjadi saksi pernyataan cinta Zafran padaku, apa aku tega mempermalukannya? Setelah semua kebaikan yang ia berikan padaku.
Aku melirik Nadia yang juga ada di sana.
Jauh di belakang Nadia, Aldebaran berdiri dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.
"Tolong aku," Aku menatapnya, berharap ia melakukan sesuatu.
"Jawab Ndin, ayo terima!" Teriak seseorang.
Aku menatap Zafran, kemudian mengangguk. Aku menerima bunga itu, aku hanya tidak mau membuatnya malu.
Zafran bangkit dan memelukku, aku membalas pelukannya hangat. Lalu ia mengecup keningku membuat air mataku lolos begitu saja.
Aku menyekanya sebelum ia semakin deras. Aku tidak pernah mau menangis, tapi kali ini. Seorang Zafran membuatku begitu merasa bersalah.
"Makasih yaa," ucapnya.
Andin POV Off
Semua orang bubar begitu pula Nadia, ia berniat kembali ke kelasnya.
Nadia pun berhenti ketika melihat sosok tinggi tegap berdiri di depannya. Sepertinya ia juga ikut menjadi saksi penyataan cinta Zafran.
"Kenapa diem aja ?" Nadia tampak kesal dengan pria di depannya.
"Dia tau dia udah punya tunangan, dan Kita sama-sama lihat apa jawaban dia tadi."
"Tapi kan.."
"Berhenti peduli sama dia." Aldebaran meninggalkan Nadia yang berdiri mematung mendengar jawabannya.
*****
Andin POV On
Senyum manis terus mengembang di bibir pemuda itu sejak aku menerima cintanya. Sepertinya aku harus meluruskan maksudku.
Mobil Zafran berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahku.
"Zafran,"
"Iya sayang ?"
"Gue mau bilang sesuatu," ia merubah posisi duduknya menjadi menghadapku.
"Gue tadi cuma ngga mau bikin lo malu,"
"Maksudnya ?"
"Gue sayang sama lo, tapi sebagai sahabat. Ngga lebih," Aku tidak siap melihat perubahan di wajahnya.