Sejak aku keluar kelas, Zafran terus mengekor di belakangku membuatku risih, beberapa kali ia berusaha menggapai tanganku namun aku menepisnya.
"Lo boleh punya hubungan sama siapapun, asal sikap lo ngga berubah ke gue!" Teriaknya terdengar agak jauh, apa ia berhenti mengejarku?
Aku menoleh, benar saja, pria itu berdiri sekitar sepuluh meter di belakangku.
Zafran mendekat lagi, kali ini aku tidak menghindar dan ku harap ia tidak berbuat sesuatu yang tidak ku suka.
Kami saling berhadapan, tatapannya membuatku mati kutu.
"Gue ngga berubah, dan kalau lo ngerasa gue berubah.. itu, cuma perasaan lo aja." Kataku tegas.
"Perasaan gue ngga pernah berubah ndin."
Shitt!
Tuhkan! Kenapa pembicaraannya jadi kesana?
Aku bergeming mendengar jawabannya itu.
"Gue minta maaf untuk itu,"
Bukan! Itu bukan suaraku.
Aku menatapnya penuh tanya.
"Gue harap Aldebaran memang sumber kebahagiaan lo," Katanya menepuk pelan pundak kiriku.
Aku hanya mengangguk dan belum mengucapkan apapun lagi padanya.
Tangannya turun dan menggenggam satu tanganku.
"Zafran.." aku menepisnya pelan.
"Sorry.."
"Andin!"
"Kalian berdua ngapain mojok di sini ?" Pertanyaan Nadia membuatku melotot.
"Apaan sih Nad." Kataku kesal dengan pertanyaannya. Mojok?
"Andin udah punya cowo kali, dan gue rasa lo juga udah tau dari lama." Nadia bergeming.
Lalu aku? Ya diem jugalah.
"Kenapa diem ?"
"Apa Andin merahasiakannya juga dari elo ?" Selidik Zafran.
Ku lihat Nadia memalingkan wajahnya ketika di tatap Zafran, kenapa ?
"Ndin, lo boleh rahasiain hubungan lo dari siapapun, tapi kalau dari Nadia rasanya ga mungkin, dia kan sepupu lo ?"
"Zafran lo kenapa sih? Ngga semua hal harus lo tau. Ya Nadia udah pasti tau lah, orang dia juga dateng." Kataku sedikit kesal.
"Yuk Nad." Aku menggamit lengan Nadia membawanya pergi dari hadapan Zafran.
Nadia menatapku "Dia udah tau ?"
"Cepat atau lambat dia harus tau,"
"Kapan ?"
"Waktu dia abis nembak gue." Nadia terlihat hanya ber-oh ria.
"Pulang sama siapa ?"
"Sama tunangan gue dong," Aku lihat Nadia tersenyum mendengar jawabanku.
"Gue ikut seneng,"
"Thanks nad," aku tersenyum, aku senang saat Nadia ikut bahagia melihatku bahagia.
"Ah iya, lo ikut gue sekalian ya? Pulang sendiri kan ?"
*****
Author POV
"Kak.. ayolah.." Tatapannya tidak sedetikpun lepas dari layar ponsel.
"Kak aku pengen ketemu kak Andin."
"Aldebaran." Kali ini suaranya lebih lembut terdengar di telinga Aldebaran membuat pria itu menoleh.