12 - Amnesia

389K 26.8K 1.4K
                                    

Mendapati sebuah mobil kontainer terpampang di hadapannya, Ziano langsung reflek banting stir ke kiri.

"Aaaaaaarrrggghhhh...!!!" Kini mobil dipenuhi dengan suara jeritan dari Ziano, Veilla, dan Nadine.

BRAAAKKK!!!

Mobil terguling hingga terbalik setelah membentur pohon besar di tepi jalan dengan sangat hebat. Nadine dan Veilla terpelanting di dalam mobil, sedangkan Ziano terjepit di kemudi karena dia memakai sabuk pengaman, tubuhnya stuck di kursi.

Tanpa pikir panjang Veilla yang keningnya mengeluarkan darah serta hidung mimisan langsung menendang-nendang kaca jendela mobil, namun gagal. Tak menyerah dengan tenaga yang masih tersisa, dia meraih alat pemadam api dan melemparnya kuat ke arah kaca. Berhasil. Kaca mobil telah berhasil dia pecahkan.

Gadis itu keluar tanpa memperdulikan Ziano maupun Nadine.

"Aaahhh!" jerit Veilla ketika telapak tangannya tergores pecahan kaca.

Hingga dia berhasil keluar dari mobil, dan pergi ke kerumunan orang-orang yang menyaksikan kecelakaan. Veilla langsung mendapat pertolongan dari orang-orang sekitar. Tidak ada yang berani mendekat atau menolong, karena dilihat dari keadaan sepertinya ledakan besar dari mobil akan terjadi.

Asap yang keluar dari moncong mobil yang sudah ringsek tampak mengepul, percikan api terlihat jelas sedikit demi sedikit, sehingga membuat Nadine yang sudah lemah serta kesakitan di sekujur tubuh mendelik panik. Berusaha membuka pintu mobil yang terkunci, dan berhasil.

Ketika gadis itu hendak keluar dari mobil, tiba-tiba tangannya ditahan oleh Ziano yang tampak lemah tak ada daya. Beberapa titik di tubuhnya terluka dan mengeluarkan cukup banyak darah.

"T-tolong," lirihnya.

Dengan napas tersengal, Nadine terlihat bingung. Apakah dia harus menyelamatkan Ziano? Tapi, keselamatan diri sendiri bukan kah yang terpenting? Apa lagi percikan api terlihat semakin jelas.

Tanpa perasaan Nadine menghempas tangan Ziano yang mencengkram pergelangannya makin kencang.

"Lepasin gue, Zi, gue mohon!" tangis Nadine terisak, dia semakin panik ingin segera keluar dari mobil.

"Ziano, lepas!"

Karena tangannya tak kunjung dilepaskan oleh Ziano, Nadine berdecak kesal, dia menggigit tangan Ziano sekuat tenaga sampai cowok itu mengaduh sakit, melepas genggamannya, lalu ditinggal begitu saja oleh Nadine.

"Ziano?" gumam Veilla, saat dia mendapati Nadine keluar dari mobil sendirian.

Veilla membulatkan mata. Dengan kepala pusing serta tubuh yang terasa nyeri, gadis itu berusaha bangkit dari duduknya namun segera ditahan oleh warga di sekitarnya.

"Lepasin, Pak, di dalam mobil sana masih ada orang!"

"Berbahaya, Neng! Keliahatannya sebentar lagi mobil itu mau meledak."

"Tapi di dalam ada suami saya, Pak!"

Veilla melepas genggaman lelaki paruh baya yang menahannya, dengan langkah terseok dia berlari menuju mobil yang sudah hancur di beberapa sisi itu.

"Ziano, kamu masih sadar, 'kan?" panik Veilla menepuk-nepuk pipi Ziano.

Mata sayu itu mengerjap menoleh Veilla lemah. "V-vei, lari!"

Menggeleng cepat. "Enggak ... kita keluar mobil bareng-bareng!"

Dengan tangan gemetar, gadis itu melepas sabuk pengaman Ziano. Berusaha menarik tubuh cowok itu agar bisa keluar dari kursi kemudi.

GRAZIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang