Satu 🌻

34.2K 1.6K 64
                                    


Ini cerita pertama yang aku up
mohon kritik dan saran yang membangun
baca bismillah dulu sebelum baca

AKAN DI REVISI SETELAH CERITA SELESAI 🐒

Jangan lupa tekan tombol 🌟 dan tandai typo 🔨

PART 1

Sore ini terlihat serang gadis yang tengah menghitung uang hasil kerjanya hari ini sebagai tutor bimbel –bibingan belajar miliknya.

Dengan sedikit bersenandung, meskipun suarnya yang sungguh bagus menurutnya tapi utnuk orang-orang disekitarnya lebih baik jika gadis itu diam saja. Karena suaranya sungguh-sungguh menganggung ketenangan.

"Elah gini amat berasa murahan gue dihargai lima ribu perak sama bocil sama seblak aja mahahalan seblak cik Nunuk."

"Yuk bisa yuk semangat siapa tau bisa beli Alphard yekan bismillah.  Alphard I’m coming."

Itulah curahan hati seorang gadis muda yang baru saja menyelesaikan pendidikan strata satu beberapa bulan lalu.

Gadis manis bermana Gendis Rahajeng, yang manis seperti arti namanya.

Gendis merasa kalau dirinya belum siap untuk bekerja, tapi dirinya enggan menjadi beban keluarga dan beban negara alias pengangguran. Entahlah

Membuka les privat atau bimbel dirumah bukan suatu hal yang buruk pikir Gadis muda itu, dan yah ini lah kegiatan sehari-hari Gendis yaitu menjadi tutor bimble di rumahnya dengan tarif lima ribu perpertemuan, murah sekali bukan? bukan.

"Udah selesai belum ngerjainnya?." tanya Gendis kepada anak-anak bimbel yang berjumlah sepuluh orang itu.

" Bentar kak kurang satu nomor lagi, soalnya sulit banget ini."

" Lama amat lo, gue nih udah selesai kak." Kata salah satu murid Gendis sombong.

Maklum anak-anak masih suka pamer.

"Lima menit lagi kita koreksi dan nilai ya." kata Gendis mengingatkan, dan di sambut dengan jawaban beragam.

*****

Saat ini Gendis tengah merebahkan dirinya di kasur ternyaman menurutnya karena kasur ini hasil jerih payahnya kerja memberikan bimbel kepada anak-anak yang masyaallah susah di atur dan kasur ini masih belum lunas karena dibeli dengan cara kredit dengan jangka waktu selama satu tahun.

"Lelah hati lelah pikiran aku mazzzz, mauu nikah ajahhh. Biar ada yang nyeponsorin ini hidup aku hiks . " keluh Gendis sambil merebahkan diri dikasur kesayangannya setelah memberi bimble pada anak-anak yang masyaallah pengen nampol.

Maklum banyak anak dan dengan berbagai macam karakter dan sifatnya. Mau marah tapi anak orang, nggak marah tapi sebel. Nasib nasib.

Ting!

Suara handphone Gendis menandakan ada whatsapp masuk.

Mbak Ana

|Dis ini ada anak mau bimble privat bisa gak lo?,

kan lumayan buat nambah-nambah penghasilan buat beli seblak cik Nunuk

Bisa, dimana rumahnya mbak?|

MAS DZAWIN (TAMAT) || PINDAH KE DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang