Di sofa panjang kini ia duduk dengan tenang. Satu tangannya memegang ponsel yang menampilkan pesan-pesan masuk, sementara satu tangan yang lain memegang secangkir kopi hangat yang masih mengeluarkan uap.
Sebut saja Brielle, wanita berusia dua puluh lima tahun yang memiliki kecantikan memikat. Kulitnya kuning langsat dan rambut blonde panjangnya terurai lembut seperti sutra, menggambarkan pesona wanita Swedia yang membuat orang terpana.
Di usianya yang bisa dianggap masih cukup muda, ia telah menempuh perjalanan yang luar biasa dalam Industri Fashion. Dari awal karirnya sebagai model remaja hingga kebangkitannya sebagai supermodel dunia, ia telah menunjukkan bakat, kerja keras, dan dedikasi yang tak tergoyahkan untuk membangun nama dan kesuksesannya sendiri.
Dia menyesap kopi dengan pelan, memberikan kehangatan bagi tubuhnya. Sesekali ia letakkan cangkirnya di meja kecil di samping sofa untuk mengetik balasan singkat di ponsel.
"Aku merasa sedikit pusing." keluh Brielle pada Zoey, teman sekaligus sekretaris kerjanya sembari memijat pelipisnya sendiri yang terasa berdenyut.
Berbeda dengan Brielle yang menyesap secangkir kopi, di situ Zoey menghisap sebatang rokok di tangannya lalu meniupkan asap rokoknya ke udara hingga beberapa kali.
Setiap tarikan napas, Zoey merasakan asapnya mengalir masuk, mengisi paru-parunya dengan sensasi yang memabukkan.
"Mari pergi, temani aku." lanjut Brielle.
Tiga detik Zoey sempat berpikir, lantas berakhir mengangguk. Jika tidak ke mall, pasti ke salon untuk perawatan. Zoey hafal betul. "Ide bagus, ke mana kita akan pergi?" tanya Zoey sambil mematikan rokoknya di asbak yang sudah penuh puntung.
"Pantai."
"Pantai?" Zoey mengulang dengan nada tidak percaya, mencoba memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
Tanpa menunggu persetujuannya, Brielle meraih tangan Zoey dan dengan lembut tapi tegas menariknya untuk bangkit dari kursi. "Kita pergi sekarang."
Mereka pun meluncur ke jalan mengendarai mobil Brielle. Daftar putar lagu kesukaan mereka mengalun di dalam mobil, secara spontan mereka ikut bernyanyi sesuai irama musik yang diputar, dan suasana yang riang menyertai perjalanan mereka.
Malam itu langit cerah dengan bulan yang bersinar terang, memberikan pemandangan yang indah saat mereka berjalan di sepanjang garis pantai.
Duduk di atas pasir lembut, Brielle memandangi ombak yang silih berganti, memecah di pantai dengan suara yang menenangkan baginya. Desiran ombak yang konstan seperti melodi yang menenangkan hati.
Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjangnya, memberikan rasa kebebasan yang selama ini jarang ia rasakan. Dengan setiap helaan napas, dia merasa beban di hidupnya perlahan-lahan terangkat.
Mereka duduk bersampingan di depan api unggun yang menyala, menikmati kehangatan sambil mendengarkan suara kayu yang berderak di dalam api. Obrolan ringan mereka berubah menjadi cerita-cerita seru dan tawa, memantulkan keakraban yang telah mereka bangun selama beberapa tahun ini.
Sesekali, Zoey menatap ke laut yang gelap, airnya tampak berkilauan terkena sinar bulan. Sementara itu, Brielle memeluk lututnya, matanya menerawang ke dalam api seolah memikirkan sesuatu yang dalam.
Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di sana, membiarkan diri mereka larut dalam ketenangan malam itu, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Namun, semakin lama udara di pantai semakin dingin terasa menusuk kulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SINFUL PATH
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang terkunci melalui web! 21+