CHAPTER 5

10.8K 327 9
                                    

"Ada yang ingin bertemu dengan— "

"Suruh dia pergi, aku tidak ingin bertemu dengan siapa pun."

"Ada yang ingin bertemu— "

"Aku tidak ingin."

"Ada yang ingin ber— "

"Suruh pergi."

"Ada yang— "

"Sekali lagi ku katakan, tidak!"

"Ada "

"Pergi."

"Dia kembali lagi."

"Berapa kali lagi harus aku katakan? Suruh dia pergi, dan jika bisa jangan kembali lagi."

"Dia memaksa, security sudah tidak bisa lagi menahannya. Hei! Temuilah sebelum dia mengacau seluruh kantor ini."

Di depannya, Zoey, duduk penuh perhatian, menunggu Brielle membuka mulut. "Apa sebenarnya hubunganmu dengan pria bernama Lucian itu?"

Perempuan itu menggigit bibir, beberapa detik terjadi keheningan diantara mereka. "Aku tidak tahu."

"Apa hilangnya kau seminggu yang lalu ada hubungan dengannya?" ia bertanya kembali, kian mendesak melebihi seorang wartawan.

Brielle menatap Zoey lekat-lekat, "Dia menyekapku di rumahnya yang berada di Stockholm."

"Benarkah?

Ia mengangguk sebagai tanda benar, "Kau tahu? di depan dia terlihat seperti pria normal— "

Wanita yang lebih muda satu tahun darinya itu berdiri, menekan meja di depannya kuat sebagai tumpuan kedua tangannya, "Apa sebenarnya dia seorang gay?" Zoey berseru cepat bahkan sebelum Brielle sempat melanjutkan ucapannya.

"Ck, Aku bahkan belum selesai bicara." wanita itu berdecak malas, hilanglah sudah moodnya yang hendak menceritakan masalahnya tadi.

Zoey meneguk ludahnya sendiri, kembali duduk di kursi. "Maaf, lanjutkan."

"Di depan dia terlihat seperti pria normal dewasa yang berwibawa, dia bahkan banyak dikagumi oleh kalangan wanita. Tapi bukan termasuk aku." Brielle menekan kalimat di akhirnya, belum sempat membiarkan senyuman Zoey terus berkembang.

Ia ragu sejenak, tapi akhirnya berkata amat pelan, "Dia adalah seorang pembunuh."

Wanita dua puluh empat tahun itu mati terpaku, seakan Brielle membuat pikirannya sedang melayang jauh dari tempat ia berada. Sontak ia meletakkan punggung tangannya ke arah kening Brielle yang langsung ditepis oleh sang empu.

"Kau harus pulang, sepertinya kau demam."

Wajahnya seketika muram mendengar reaksi Zoey yang tidak percaya tersebut. "Aku tidak bercanda, Zoey. Aku yakin dia terlibat dalam suatu misi berbahaya. Seperti-mafia, kurasa." Ia berkata demikian sambil mengerdikkan bahu.

Suara tawa Zoey menggema di seluruh ruangan. Dan entah bagaimana, semakin ia mencoba menahan tawanya, semakin keras suara itu terdengar. Napasnya mulai tersenggal, meski begitu ia tidak bisa berhenti.

Mungkin jika bukan Brielle yang sengaja mencubit lengannya, tawa itu tak akan kunjung selesai. Cubitan itu cukup mengejutkan Zoey, membuatnya langsung tersentak dan berhenti seketika.

THE SINFUL PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang