Chapter 1 "pertanda awal yang baik, kan?"

293 22 0
                                    

"Leave"

"Keluar! Jangan pernah harap bisa kembali kesini! Dasar anak tak tahu untung!"

Seorang wanita menutup keras pintu rumah yang megah nan cantik dan kokoh. Hantaman keras manusia tak bisa membuat bangunan itu rubuh.

Bangunan besar seperti kantor yang bisa menampung puluhan manusia sebenarnya adalah rumah sebuah keluarga. Tentu bukan keluarga biasa. Hanya manusia-manusia berdarah biru yang sanggup hidup hedon di dunia ini. Bangsawan kelas atas, itulah sebutannya.

Ya, aku tinggal di sana. Di bangunan besar yang sampai kapanpun tak bisa ku capai. Apa aku anak kandung mereka? Bukan. Kerabat mereka? Itu juga bukan. Ceritanya sedikit panjang mengapa aku bisa menetap di sana. Namun, hari ini berbeda. Aku diusir.

Aku berjalan tak menentu dan tak tahu harus bagaimana. Kearah mana yang harusku tuju?

Mengikuti langkah kaki yang kosong seperti seorang putri dalam tayangan tv anak-anak yang berusaha menemukan rumah yang sesungguhnya. Andai seorang putri itu tahu, sosok yang menemani langkahnya adalah kekasih masa depannya.

Sudah larut malam. Aku terus berjalan, melihat malam yang gelap dan sunyi, menakutkan.

Mataku menyipit, memastikan bahwa aku benar-benar melihat gang sempit di depan. Kegelapan mengaburkan penglihatanku.

Aku mulai melangkahkan kakiku ke tempat itu. Satu-satunya langkah pasti yang ku langkah hari ini. Tiba-tiba kakiku terasa perih. Sampai-sampai tidak sadar ada luka mengerikan di sana.

Aku harus segera mencari air bersih pikirku. Jika tidak cepat dibersihkan mungkin akan terinfeksi. Persetanan dengan nasib. Menyelamatkan kakiku adalah yang terpenting sekarang.

Menit ke menit berlalu. Aku masih tidak menemukan air bersih. Sangat sulit menemukan air mengalir di perkotaan. Kedai-kedai juga sudah tutup. Satu-satunya hal yang bisa ku lakukan saat ini adalah balik ke gang kecil tadi, duduk di pinggir jalanan kota, dan merobek bagian bawah pakaian ku, membungkus lukanya. Setidaknya ini akan mencegah luka berkontak langsung dari debu jalanan.

Jam kota sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Udara sudah terasa dingin menusuk tidak sejuk lagi. Baru kali ini aku benci udara dingin. Tak mau mati kedinginan. Aku membuka koperku. Satu-satunya barang yang ku bawa dari bangunan itu. Hanya berisi beberapa pakaian. Tentang uang? Itu bisa dicari.

Aku mengambil dua pakaian tebal dan memakainya. Masih dingin, pakaian ini tidak begitu berguna. Aku mulai mengigil, menggosok kedua tanganku dan memejamkan mata. Aku demam.

Aku bisa mendengar suara langkah. Seseorang datang, suara langkah semakin terdengar keras. Pendengaranku hari ini sepertinya sangat baik bahkan langkah orang ini terdengar berbeda.

Langkah lembut dan tidak tergesa-gesa. Bagaimana menyebutkannya? Langkah cantik? Langkah tampan? Aku baru menyadari bahwa tangan besar seseorang menyentuh puncak kepalaku.

Saat perlahan mataku terbuka tangan itu sudah tidak ada ditempat semula. Akupun mendongakkan kepalaku, ingin melihat siapa sosok ini.

Ahh ternyata seorang pria tampan. Mari ku deskripsikan. Rambutnya sedikit bervolume, tampak sangat terawat. Wajahnya terlihat sangat mungil dibanding dengan tubuhnya yang besar. Berpakaian rapi memakai jas hitam dan kemeja yang terbuka dua kancing dari atas, tidak memakai dasi. Celana panjang hitam yang biasa dipakai orang lain terlihat jenjang dan ramping di tubuhnya.

What About Me? BinhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang