Chapter 2 "Buatlah hidup lebih bermakna"

130 17 2
                                    

Matahari perlahan menampakkan dirinya. Sosok yang juga ikut terlelap bangun setelah tidur dari hari yang melelahkan. Perlahan ku membuka mata. Perasaan bingung ikut menghampiri.

Bukankah aku sedang melakukan perkenalan dengan pria aneh? Aku tidak ingat telah berada di ruangan ini semalam dan tanpa sadar jaket yang sedari malam ku pakai masih menggait di pundak.

Belum sempat menilai seisi ruangan terdengar suara ketukan yang keras, seperti memberi tanda bahwa seseorang harus bangun akibat bunyi itu. Aku bangkit dari kasur empuk. Melangkah dengan pasti kearah pintu.

"Sarapanmu, Tuan."

Seorang wanita yang sama, yang semalam menuntunku masuk dari mobil sekarang membawa nampan berisi roti panggang dan segelas susu putih.

"Terima kasih"

Aku mengambil alih nampan dan seluruh isiannya. Tidak berbalik dan masuk. Aku memutuskan untuk bertanya.

"Nyonya, izinkan saya bertanya. Ingatan saya memang kurang bagus. Semalam, apa yang terjadi? Begitu pagi saya sudah berada di ruangan ini."

Semalam setelah memperkenalkan nama masing-masing Hanbin memanggil pelayan wanita berkepang dua. Ya, pelayan perempuan satu-satunya disini. Hanbin tidak berucap banyak, hanya mengatakan untuk membawakan obat-obatan luka. Setelah wanita itu kembali dari dapur sambil membawa sebuah kotak. Hanbin berucap lagi.

"Bantu dia membersihkan lukanya."

Wanita itu menjawab

"Baik, Tuan."

Perlahan wanita itu menghampiri dan berlutut. Membuka kotak yang berisikan obat-obatan. Kemudian mengambil obat untuk siap mengoleskan luka di kakiku.

"Tidak apa, saya bisa membersihkannya sendiri."

Aku menggerakkan kakiku menjauhi tangan wanita itu. Sedikit panik karena tidak ada yang pernah menyentuh kakiku sebelumnya.

"Zhang Hao"

Aku menoleh ke pemilik suara setelah mendengar namaku dipanggil.

"Bisakah duduk dengan tenang untuk saat ini?"

Hanbin memerintah. Tidak ada lagi suara atau bantahan. Wanita itu mulai membersihkan lukaku dengan cairan kemudian mengoleskannya dengan obat. Entah obat apa yang diberi, tapi yang jelas kakiku mati rasa. Rasa nyeri hebat sampai ke otak. Butiran air timbul bercucuran diseluruh wajah.

"Tuan?"

Suara khawatir seorang wanita adalah hal terakhir yang ku dengar.

"Maaf jika lancang. Saya mengguncang-gucangkan Anda. Tangan Tuan Hao terasa hangat. Anda demam sekaligus keringat dingin. Setelah melihat Anda tiba-tiba menutup mata, Tuan Hanbin membantu membopong Tuan Hao menuju ruangan ini. Tuan Hanbin bilang Tuan Hao akan tinggal di sini mulai sekarang. Tuan hanbin juga bilang untuk menyiapkan Tuan Hao sarapan."

Selesai. Cerita semalam berakhir menyedihkan. Aku pingsan.

"Begitu... terima kasih atas penjelasannya. Saya sepertinya cukup merepotkan di kedatangan saya yang pertama ini."

Harga diriku terkikis setelah mengetahui kejadiannya. Tuan rumah membopong tamunya sampai ke ruangan di lantai dua. Mau taruh di mana mukaku?

"Tidak, saya hanya mengambil peran sedikit. Selebihnya Tuan Hanbin yang membantu. Ah, saya jadi mengganggu sarapan Tuan Hao. Saya akan segera pamit."

Wanita berkepang dua itu membungkukkan badannya dan berbalik pergi menjauhi ruangan ini.

Tepat setelah waktu mandi selesai. Aku mendengar suara ketukan lagi. Bertemu ditempat yang sama, jejak kaki pagi ku ganti dengan pijakkan siang hari.

What About Me? BinhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang