Tok tok
"Assalamualaikum kanjeng ratu."
Kelana yang semula menidurkan kepalanya di atas meja itu mendongak begitu terdengar ketukan meja dan sebuah suara yang sangat familiar.
"Waalaikhumsalam babu." Jawab Kelana membuat Echan—sang lawan bicara mengumpat tertahan.
"Gapapa kok gue Na sumpah gapapa." Ucap Echan dengan muka sepetnya.
"SELAMAT PAGI BESTIE!!" Teriak Anara yang baru saja sampai di kelas. "Muka lo napa dah Chan pagi-pagi dah asem kek ketek kernet." Sambung Anara.
Echan menoleh pada Anara yang kini berjalan mendekat ke arah dirinya dan Kelana. "Beb masa gue dikatain babu sama Kelana." Adunya.
Mendengar aduan Echan seketika Anara menatap Kelana penuh amarah. "Lo kok keterlaluan banget sih Na, Echan tuh budak bukan babu!"
"Asem bener punya temen gada yang bener!" Gerutu Echan lalu cowok itu pergi menuju mejanya dengan muka yang masam dan menyibukkan diri dengan ponsel.
Sementara itu, Kelana dan Anara yang sekongkol itupun tertawa melihat raut wajah Echan yang masam.
Tak berselang lama sosok Narendra muncul dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, seragam yang terlapisi jaket kulit hitam, tas yang hanya disampirkan di satu bahu, dan satu tangan yang masuk ke dalam saku celana seragamnya. Membuat beberapa orang yang sudah berada dalam kelas menatap cowok itu heran sekaligus terpesona dengan penampilan Narendra yang tidak seperti biasanya.
"Cih! Sok ganteng lo buaya Antartika." Ucap Echan begitu Narendra mendudukkan diri dibangkunya, lebih tepatnya di samping Echan.
"Buaya apa sih sayang? Di hati aku cuma ada kamu kok." Jawab Narendra sambil mengedipkan sebelah matanya.
Echan bergidik ngeri dan langsung menggeser sedikit kursinya menjauhi Narendra. "NAJIS SETAN NAREN GOBLOK!"
"Naren lo kalo cape jadi sad boynya Kelana gak gini caranya, cewek masih banyak loh Ren." Timpal Anara yang langsung mendapat geplakan di lengannya dari Kelana.
"Sakit anjir Na, paan sih?!" Kesal Anara yang hanya dibalas oleh pelototan tajam Kelana.
"Nah tuh bener. Kalo mau homoan sono pindah ke Jerman aja lo!"
~|•|~
Dentara:
Jgn keluar kelas dulu
Gue jemput, kita makan bareng
di kantinKelana:
OkeHelaan nafas panjang terdengar dari gadis yang sedari tadi bolak-balik mengecek jam yang terpampang pada ponselnya. Kelana membuka kembali chatnya dengan Dentara yang mengatakan bahwa cowok itu akan menghampiri Kelana ke kelasnya dan mengajak gadis itu makan bersama. Namun ini sudah lima belas menit sejak bel istirahat berbunyi dan Dentara sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya.
Kelana memutuskan untuk membuka kembali room chatnya dengan Dentara dan mengirimi laki-laki itu pesan.
Kelana:
Jadi nggak kak?
Keburu bel masukLima menit berlangsung chatnya tak kunjung mendapatkan balasan. Jangankan balasan, dibaca oleh Dentara pun tidak. Sementara beberapa menit lagi bel masuk pasti akan berbunyi.
Perut Kelana sudah keroncongan pasalnya sedari pagi ia pun belum sempat sarapan. Gadis itu sengaja menyuruh teman-temannya untuk ke kantin duluan dan memutuskan untuk makan bersama Dentara karena momen seperti ini cukup langka baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona
Fanfiction"Dentara itu terlalu abu-abu untuk Kelana yang menginginkan gradasi warna-warni." ••• "Mengapa dunia selalu memilih buta warna untuk Kelana yang membutuhkan pancarona?" -Pancarona- Kim Doyoung lokal fanfiction by Aura Dwi Shafira Start: 13-12-2021