Bagian empat

11 6 0
                                    

Seulas senyum terbit di bibir laki-laki yang sedang diam-diam membuka ponselnya di sela-sela jam pelajaran. Setelah selesai dengan urusan ponselnya yaitu mengirimi pesan untuk seseorang, laki-laki itu segera mengembalikan ponselnya pada laci meja. Khawatir jika bermain ponsel lama-lama guru yang sedang sibuk mencoret-coret papan tulis sambil menerangkan materi di depan kelas tau dan berakhir menyita benda pipih itu.

Dentara:
Jgn keluar kelas dulu
Gue jemput, kita makan bareng
di kantin

Di menit-menit terakhir sebelum bel istirahat berbunyi mata laki-laki itu bolak-balik melirik pada jam dinding yang terpasang di atas papan tulis. Berharap waktu lebih cepat berjalan dan bel istirahat segera berbunyi.

'Saatnya istirahat pertama, its time for first break'

Waktu yang ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh murid akhirnya tiba. Bel istirahat pertama berbunyi nyaring membuat puluhan orang dalam kelas itu bernafas lega. Akhirnya mereka bisa mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.

"Baiklah bel istirahat sudah berbunyi. Saya tutup sampai di sini, tugasnya jangan lupa dikerjakan minggu depan kumpulkan di meja saya." Ujar seorang laki-laki paruh baya yang merangkap sebagai guru Fisika di depan kelas.

Tepat setelah sang guru meninggalkan ruang kelas beberapa siswa berbondong-bondong untuk meninggalkan kelas menuju tujuan mereka masing-masing. Begitupun dengan Dentara. Laki-laki itu segera membereskan alat tulis yang berceceran di mejanya dan berniat bangkit menuju kelas Kelana.

"Denta!" Panggilan sekaligus tarikan seseorang pada lengannya membuat langkah Dentara yang hendak keluar kelas itu terhenti.

Dentara berbalik lalu menunduk menyetarakan tingginya dan Laleta yang hanya sebatas dagu cowok itu. "Kenapa?" Tanyanya dengan senyum manis yang bisa dijamin siapa pun yang melihatnya pasti akan terpesona.

"Aku tadi bawa bekal nasi goreng seafood, kita makan bareng yuk?!" Tawar Laleta dengan sorot penuh harap.

Tak lantas menjawab Dentara terdiam sejenak seolah memikirkan ajakan Laleta. Ia masih sadar dengan rencananya yang akan mengajak Kelana untuk makan bersama.

"Duh, tapi aku udah janji mau makan sama Kelana, lain kali aja ya?" Tolak Dentara dengan halus karena takut mengecewakan Laleta.

Cengkeraman tangan Laleta di lengan Dentara terlepas secara kasar. Gadis itu mendengus kesal dengan sorot mata yang dibuat kecewa.

"Aku udah susah-susah masak makanan kesukaan kamu loh. Lagian Kelana juga masih bisa makan sama temen-temennya." Ucap Laleta dengan nada yang bergetar serta puppy eyes andalannya.

Dentara yang tidak tega melihat ekspresi sedih Laleta itu lantas mengacak pelan rambut Laleta lalu beralih mengusapnya. "Iya-iya, udah jangan cemberut aku temenin kamu makan."

Wajah Laleta yang semula menampilkan ekspresi ingin menangis itupun berubah menjadi ceria dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya.

"Yeayy! Ayo sini!" Ucap Laleta lalu menarik tangan Dentara menuju mejanya.

Terlalu sibuk dengan makanan dan gadis di sampingnya, Dentara sampai tak memperdulikan suara notifikasi pesan yang sengaja ia buat berbeda berbunyi cukup nyaring—dikarenakan di dalam kelas hanya ada dirinya dan Laleta— dari laci mejanya.

~|•|~

Bugh

Bogeman mentah berhasil mendarat dengan sempurna di sebelah pipi kanan Dentara. Kerasnya pukulan yang ia dapat ditambah kondisinya yang tidak siap menyebabkan laki-laki itu tersungkur ke lantai dan punggungnya membentur meja kelas. Tak lupa pekikan dari anak-anak murid perempuan yang terkejut dengan kejadian tersebut.

Dentara menatap sang pelaku dengan wajah kesal sekaligus bingung. Tangannya mengusap sekilas darah yang mengalir dari ujung bibirnya yang robek dikarenakan pukulan laki-laki di hadapannya.

"Maksud lo apa?" Tanya Dentara yang belum berniat untuk bangkit.

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya Narendra malah kembali mencekram kerah seragam Dentara. Memaksa laki-laki itu untuk bangkit berdiri di hadapannya.

"Harusnya gue yang tanya, maksud lo apa!" Narendra kembali melayangkan pukulannya yang membuat Dentara terhuyung ke belakang.

Dentara yang terhuyung ke belakang itupun berhasil ditahan oleh Laleta. "Denta!"

Laleta menatap Narendra tajam. "Lo apa-apaan sih Ren?! Main pukul-pukul orang sembarangan."

Narendra berdecih dengan tatapan tajam yang menjurus pada netra Dentara. Pandangannya beralih pada Laleta yang sedang memegangi Dentara agar laki-laki itu tak terhuyung ke belakang lagi. Narendra menatap keduanya jijik. Masih tak habis pikir jika orang terdekatnya bisa bertingkah sekonyol itu.

"Lo," Ucap Narendra menunjuk Dentara. "Karena janji sampah lo itu Kelana jadi nggak sempet buat mikirin dirinya sendiri dan berakhir pingsan." Lanjutnya.

"Janji?" Tanya Dentara dengan kernyitan di dahi menandakan cowok itu tak mengerti maksud sang lawan bicara.

"Ck. Kayaknya pukulan gue nggak mungkin bikin lo amnesia sesaat deh, atau--" Narendra sengaja menggantungkan ucapannya. Tatapan beralih kepada Laleta yang kini juga sedang menatapnya. "Cewe ini penyebabnya sampe bikin lo lupa mana yang prioritas dan mana yang sejatinya parasit."

~|•|~

okheee gak ngefeel😌

semua cwk sama aja

vote+komennya bestiee

PancaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang