Aku sangat senang bisa mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah yang elite ini, dan berisikan murid - murid yang pintar.
Ya, mungkin mereka memang orang - orang yang pintar. Tapi tidak dengan sikap mereka. Mereka tidak menyukaiku.
"Cupu lo!"
"Dapet beasiswa aja mau sok - sokan. Lo bukan siapa - siapa woy disini."
"Kampung! Lo gak pantes woy disini! Mending lo bantu mak lo jualan sana!"
Ejekan itu sudah seperti keseharian untukku, seolah - olah itu adalah makanan keseharian ku yang tak lupa untuk ku santap.
Tapi, ada satu alasan mengapa aku masih kuat bersekolah disini walaupun aku di remehkan seperti itu...
Dia... Dia yang juga suka menindasku, dan dengan bodohnya aku juga mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Brokenheart
Teen Fiction"Cupu lo!" "Lo gak berhak sekolah di sini!" "Dasar miskin!" Bayangkan saja, kata - kata itu sudah seperti makanan sehari - hariku. Selama hampir setengah hari di sekolah, selama itu juga aku di caci seperti itu. Ah ya! Dan jangan lupakan juga si pem...